Pembentukan-pembentukan opini selalu terjadi, sehingga pihak-pihak yang dianggap lebih melarat, sekarat, dan rendah selalu dirugikan. Pembentukan ini ada unsur kesengajaan, agar tercipta ketidakstabilan, atau sebaliknya. Biasanya yang membentuk adalah pihak yang dianggap lebih berkuasa (penguasa) dan lebih mendominasi.
Rasulullah SAW biasanya makan roti gandum kasar. Jika kita juga makan roti, apakah kita mendapatkan pahala sunnah ?
Sebenarnya “kurap” itu lahir dari proses perekrutan yang tidak profesional dan tidak mengedepan kualitas. kurang Pengetahuan itu berbeda dengan kurang ilmu. Perbedaan keduanya antara ilmu dan pengetahuan sungguh sangat kontras
Tarmuji (52) adalah sosok yang mengajarkan perjuangan sekaligus memilukan. Pasalnya, Tarmuji yang seorang penjual roti keliling harus rela menjajakan barang dagangannya menggunakan sepeda motor bersama sang anak, Fitri Agustina (6,5) yang lumpuh layuh.
Penjual roti ini punya kebiasaan unik. Kalau Imam Ahmad mengajaknya bicara, dia menjawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah.
Berkata As Sayyid Al ‘Allamah Qodhi Segaf bin Muhammad bin Toha As Segaf Ba ‘Alawi: “Sesungguhnya barang siapa membaca rotib Al Habib Abdullah Al Haddad setiap malam, maka mencukupinya dari wirid-wirid malam karena rotib tersebut adalah sempurna memgumpulkan, bermanfaat, dan terbukti mujarrob.”
Di tengah kesibukannya yang padat, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, berkenan hadir dan memberikan sambutan dalam acara Haul Majemuk yang diselenggarakan oleh Ponpes Alhikmah, Purworejo, Kepung, Kediri.
Berikut ini lirik shalawat Ya Badrotim lengkap dengan bahasa Arab, latin, dan terjemahannya.
Bersumpah untuk tidak berlauk, lantas makan kurma dengan roti dan segala hal yang berlauk
Bersumpah untuk tidak berlauk, lantas makan kurma dengan roti dan segala hal yang berlauk
Berdirinya pondok pesantren unit Lirboyo yang satu ini, tidak bisa dilepaskan dari Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ) yang dirintis oleh Al-Ustadz KH. Maftuh Basthul Birri. Madrasah ini berawal sekitar tahun 1397 H./ 1977 M. yang kala itu berupa pengajian dengan sistem sorogan yang diasuh langsung oleh KH. Maftuh Basthul Birri.