Adalah Nini dan Janiba yang awalnya yang saya ajak untuk belajar bersama dan yang saya suruh untuk mengajak teman-teman yang lainnya. Walhasil, hampir semua bersedia.
Konsep ideal saya ini pun ternyata gagal untuk dipraktekkan pula. Tapi tak mengapa, kegagalan yang direnggut oleh tingginya semangat mereka dalam belajar ilmu agama rasanya tidak percuma juga. Pun, bukankah yang ideal-ideal itu hanya berada di pikiran, bukan di lapangan!??
Mereka yang biasanya menyatakan prihatin terhadap kondisi Kokoda Maibo dan suka berdonasi, biasanya membantu pada hal-hal yang bersifat material.
Jangan tanya membaca, huruf saja masih lupa-lupa. Itulah kenyataan menyedihkan dari beberapa anak-anak suku Kokoda di Kurwato yang sudah bersekolah.
Ada empat yang saya balas. Sisanya saya diamkan. Mereka yang saya balas, ada yang bilang sangat siap dan tertarik, tapi tak punya kendaraan untuk menuju lokasi mengajar.