Penjelasan tentang thariqah yang memiliki sanad sampai Nabi Muhammad SAW.
Diantara bentuk ijazah, seorang syaikh (guru) mengatakan kepada muridnya, “Ajaztuka hadza kama ajazani syaikhi”. Artinya, “Aku ijazahkan (ilmu) ini kepadamu, sebagaimana guruku telah mengijazahkan kepadaku
"Kita harus menjaga diri, keluarga dan keturunan kita dalam berkhidmah di jamiyah NU, yang bermanhaj Ahlusunnah wal Jamaah ini," katanya
Sanad keilmuan KH Ma'ruf Amin sudah tidak bisa diragukan. Bagaimana sanadnya?
Menanyakan sanad hadits mengalami fase tertentu, kadang tidak perlu ditanyakan, kadang juga ditanyakan sanadnya. Hal ini sudah sejak dulu, maka jangan heran jika sekarang terulang kembali.
Diagram sanad dan biografi ulama NU yang memberikan bukti bahwa ajaran Nahdlatul Ulama bersumber dari Rasulullah melalui sahabat-sahabat dan ulama penerus Rasulullah.
Diagram dan biografi keturunan Rasulullah dalam sanad assadat al Baalawi.
Seolah-olah, semua orang sekarang memiliki legitimasi untuk berbicara tentang agama. Padahal, agama tidak demikian.
Kita memang merupakan generasi yang jauh dari generasi ketika zaman Rasulullah SAW. Shalat kita pun berpotensi tidak sama dengan shalat yang dipraktikkan Rasulullah SAW.
Seperti disebut Tome Pires dalam Suma Oriental, Wangsa Daha (Dayo dalam bahasa Pires karena duta atau intel Portugis dari Malaka tahun 1514 ini mendengar bunyi "Daho" dari mulut orang Jawa kala mengucapkan Daha kala itu) berniat membangun aliansi strategis Kedhiri-Portugis.
Tradisi di lingkungan kita saat mondok adalah dengan membacakan Fatihah untuk para guru. Dari keberkahan ilmu sanad ini Allah membukakan hati, pikiran, kefahaman dan kemudahan untuk mendapatkan ilmu.
Di zaman sekarang ini, banyak umat Islam yang memilih untuk belajar melalui media seperti Google, YouTube dan media sosial (medsos) lainnya
Sanad atau dalam bahasa indonesia diartikan sandaran yang dapat dipertanggung jawabkan adalah sebuah keniscayaan dalam sebuah disiplin ilmu tak terkecuali dalam mempelajari ilmu agama. Sanad menjadi bagian penting dalam menentukan kesahihan sebuah kajian yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist
“Sanad itu bagian dari agama, barang siapa yang tidak mempunyai sanad kepada guru maka ia akan mengatakan apa yang ia mau, apa yang ia tuju.”
"Tong, Yu faham kitab nie dari mane?" tukas seorang pelajar asal Betawi yang baru menyelesaikan masa belajarnya di Yaman kepada seorang pemuda yang sedang membuka kajian ilmu di sebuah masjid. Lalu ia menjawab dengan jawaban yang ringkas dan padat, "Ane faham kitab ini dari syekh google mas!"
Jangan terlalu anti pada hadis daif sampai mengatakan haram mengamalkan hadis daif lalu mensejajarkan dengan hadis palsu
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Kini sudah sangat terasa dan nampak nyata bahwa banyak kaum muda yangg tidak memperhatikan kepada siapa dia berguru, asal mencari guru. Sehingga tidak mengetahui mana kebenaran ilmu dan pembenaran nafsu karena merasa berilmu.
Dalam Sunan Abi Daud ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh para perawi yang dinilai shahih, melalui jalur Sahabat Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda
Keabsahan sanad keilmuan dan otoritas guru dan kitab adalah suatu prinsip dalam Islam. Sistem sanad inilah pula yang sangat berfungsi untuk menjaga otentitas keilmuan dan ajaran agama Islam.
Belajar agama kenapa harus mempunyai guru yang bersanad dan bermazhab? Karena sudah jelas tertulis di dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl 16:43 dan QS.Al-Anbiya 21:7
Laduni.ID, Jakarta - Tidak ada yang meragukan sama sekali bahwa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari menguasai berbagai disiplin keilmuan Islam secara mendalam. Beliau hafal sekian ribu Hadis dan menguasai kitab-kitab babon Hadis, yang biasa disebut dengan Kutubus Sittah, yakni; Shohih Bukhari, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
Mulai dari tentang pentingnya meneladani kesholehan para pendahulu, menentukankonteks penentuan Miqat Haji, dan Rahmat Allah,