Untuk memahami isu ini lebih luas, kita perlu membaca teks-teks lain yang terkait. Kita perlu berpikir komprehensif, tidak eklektik.
Isteri yang saleh tidak harus bekerja di ruang domestik, tetapi juga di wilayah publik, dalam rangka dakwah, amar ma’ruf nahi munkar.
Pertanyaannya, suami yang manakah yang nantinya akan menemaninya di akhirat? Apakah suami yang lama (yang meninggalkannya baik karena perceraian atau karena meninggal) atau suami barunya?
Di sinilah, ketika kita berbicara tentang istri yang saleh, seharusnya juga diimbangi dengan bicara tentang suami yang saleh, suami yang baik.
Jika kita membaca ayat tentang tujuan perkawinan, maka kita akan mendapatkan pandangan al-Quran yang sangat indah bagaimana seharusnya relasi suami istri harus dibangun.