Rabi’ah bermakna perempuan yang ke empat. Nama ini diberikan ayahnya, karena ia adalah anak perempuannya yang ke empat.
Rabi’ah al-‘Adawiyah adalah seorang perempuan ulama. Banyak orang menyebutnya Waliyullah, perempuan kekasih Allah.
Rabi'ah adalah anak yang cerdas. Daya ingatnya kuat. Ayahnya mendidik dan mengajari anak-anaknya membaca dan menghafal al-Qur'an. Di antara mereka Rabi'ah paling mudah dan cepat menghafalnya
Pada dini hari yang sunyi sepi, Rabi'ah bangun. Hatinya gundah gulana. Gelisah.
Rabi’ah juga acap mengunjungi Imam Sofyan al Tsauri, seorang mujtahid mutlak sekaligus sufi besar. Begitu pula sebaliknya, al-Tsauri sering mengunjunginya
Manakala suatu saat Rabi’ah berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dalam perjalan dia bertemu dengan rombongan jemaah haji. Rabi'ah bertanya kepada mereka : "Ibu-ibu dan bapak-bapak. Kalian mau kemana?"
Dalam munajatnya kepada Tuhan, Rabi'ah menyenandungkan situasi hatinya yang merindu dalam puisi-puisi yang manis dan menyayat-nyayat hati.
Cinta kepada Tuhan adalah puncak dari seluruh perjalanan hidup para pencari Tuhan. Ia bukan hanya milik Rabi’ah, melainkan juga milik para sufi besar lain, seperti Husein Manshur al-Hallaj, Ibnu Arabi, Maulana Jalal al-Din Rumi dan lain-lain.
Memang ada pula kabar bahwa Rabi’ah pernah menikah dengan seorang laki-laki. Ini boleh jadi benar. Akan tetapi Rabi’ah yang manakah yang dikabarkan menikah tersebut?. Banyak tokoh perempuan yang juga bernama Rabi’ah.
Rabi'ah dilahirkan di kota Basrah, Irak, sekitar abad ke delapan tahun 713-717 Masehi. Beliau dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara, sehingga beliau dinamakan Rabiah yang berarti anak keempat.