Judul kitabnya adalah Quttul Qulûb fî Mu`âmalatil Mahbûb wa Washfith Tharîq al-Mazîd ilâ Maqômit Tauhîd, dikarang oleh/yang disusun Imam Muhammad bin Ali bin Athiyah al-Haritsi atau Abu Tholib Al-Makki (Darul Kutub al-Ilmiyyah, 1997). Pada fasal ke-4 “fi Dzikri ma yustahabbu minadz dzikri wa qiro’atil ayyil mandub ilaiha ba’dat taslim min sholatish shubhi”
Dalam Kitab Quttul Qulûb itu, Ibnu `Athiyah, menyebutkan bahwa Nabi Hidhir memberikan hadiah kepada Imam Ibrahim at-Taimi, dan Kanjeng Nabi Muhammad mengabarkan
Penerima pertama wirid al-Musabba`ât al-`Asyara dari Nabi Hidhir, berdasarkan hikayat dalam Quttul Qulûb dan Ihyâ’ adalah Imam Ibrahim at-Taimi,
“Alhôhumashlih ummata Muhammad, Allôhummarham ummata Muhammad, Allohuma farrij `an ummati Muhammad.”
Imam Jalaluddin as-Suyuthi di dalam kitab Jâmi`ul Ahâdîts mengetengahkan hadits mursal lewat jalan Imam al-Hasan, begini:
Nama lengkapnya adalah al-Hafizh Abu Bakar bin Abdulloh bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Abid Dunya. Dalam kitab Rasâ’il-nya, mengetengahkan satu bagian tentang “Shifâtul Auliyâ’ rodhiyallôhu `anhum”.
da beberapa penilain tentang khabar-khabar Kanjeng Nabi tentang Abdal, dapat kita ambil faedah dari penilaian beberapa tokoh Huffazh, di antaranya adalah: Imam asy-Syihab al-Munini, as-Sakhowi, dan Imam as-Suyuthi. Imam al-Munini menilainya sebagai berikut:
Melihat keadaan dan kondisi umat Kanjeng Nabi Muhammad shollalohu `alaihi wasallam saat ini, memasukkan doa “kutiba minal Abdâl” ke dalam doa-doa kaum muslimin sangat relevan, di tengah semua kerapuhan dan kelemahan-kelemahan kaum muslimin di seluruh dunia.
Berkaitan dengan pengalaman spiritual dan ahwal para Abdal, sebagian diceritakan oleh Syaikh Ibrohim bin Azhom ketika meriwayatkan tashbih “Al-`Aliyyid Dayyân”,
Pendengaran batin, seperti telah disebutkan di bagian sebelumnya, yang dimiliki sebagian Abdal, kalau meneliti kembali dari kitab-kitab tasawuf, tampaknya bukan hanya dialami kaum Abdal, tetapi mereka yang berupaya terus menerus membersihkan nafsunya.
Keampuhan Kartanu terbukti lagi waktu saya naik pesawat di bandara Ahmad Yani Semarang, dalam perjalanan balik ke Jakarta.
Ibnu Arobi dalam tulisan sebelum ini telah dijelaskan, bahwa ilmu-ilmu para Abdal salah satunya yang terpenting adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ahwal mereka dalam menghadapi empat jalan masuk setan,
Ada tiga hal yang diwasiatkan Syaikh Abdul Qodir al-Jilani tentang para Abdal kepada murid-muridnya, yaitu: ilham, maqom-Ahwâl para Abdal, dan Af`al Alloh kepadanya.
Di dalam kitab Hilyatul Auliyâ’ karangan Abu Nu’aim al-Ashfihani, disebutkan bahwa Roja’ bin Haiwah, diriwayatkan menempati posisi seorang Abdal. Riwayat itu begini: “Abu Hamid bin Jablah menceritakan, dari Muhammad bin Ishaq, dari al-Hasan bin Abdul Aziz
Dalam kitab As-Safînah al-Qôdiriyah lisy Syaikh `Abdil Qôdir al-Jîlanî, pada bagian awal sebelum tulisan Ibnu Hajar al-Asqolani berjudul Ghibthotun Nâzhir fî Tarjamatisy Syaikh `Abdil Qôdir, terdapat tulisan berjudul “Muqoddimah fî `Ilmit Tashowwuf”, yang diberi keterangan “diambil dari kitab Kasyâfu Ishthilâhil Funûn wal `Ulûm
Para Abdal memiliki jalan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Alloh untuk memperoleh ridho-Nya. Di antara jalan itu, berdasarkan atsar dari Abu Zanad melalui Sufyan bin `Uyainah dan diriwayatkan Ibnu Abi Dunya adalah: jujur, wara’, salamatush shudhur, husnun niyah,
Orang yang niatnya bagus atau membaguskan niatnya dalam menjalani hidup dan beramal, akan menjadi orang yang ikhlas dan shidiq, mereka menjadi orang yang benar dan jujur dalam tingkah laku, perbuatan, dan ucapannya. Dalam soal ini, kita akan mengambil faedah dari penjelasan beberapa guru sufi:
Buku ini menjelaskan tentang bagaimana kita kembali ke khittah rohaniah. Bagaimana isinya?
Diceritakan di dalam kitab Thobaqôt asy-Syâfi`iyah al-Kubrô yang dikarang oleh Imam Tajuddin as-Subki (versi Daru Ihya’il Kutub al-Arobiyah, II: 243-245), ketika membahas tokoh bernama Muhammad bin Aqil al-Firyabi, terdapat kisah pertemuan Syaikh laki-laki dengan Imam Syafi`i.
Lebih lanjut Gus Ulil berkisah, terbukti sekolah dibawah asuhan Kiyai Abdullah Salam tidak menerapkan Ujian Nasional. Alasannya, dikhawatirkan ketika para muridnya lulus dan mendapat ijazah, lalu menjadi pegawai akan lebih takut pada jabatan, atasan, dibanding kepada Allah.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Dalam waktu yang berdekatan, banyak kiai dan tokoh NU yang berguguran, wafat, "kapundut", dipanggil oleh Allah. Sebagian besar mereka ini masih berumur muda.
Salah satu oleh-oleh yang bisa kita bawa pulang dari Ngaji Ihya’ (Kamis, 19/3/2020) adalah ajaran dari Imam Ghazali (w. 1111) tentang “melawan syahwat dengan syahwat”.
Berkata sebagian orang saleh; "Singgah dirumahku beberapa tamu dan aku tau mereka adalah golongan wali abdal, aku katakan kepada mereka.
Malam ini saya mendapat kabar duka yang amat menyayat hati. Bulik saya, Bunyai Ishmah Ulinnuha, isteri dari Kiai Ulinnuha Arwani, pengasuh pesantren tahfidz yang besar di Kudus, Yanbu'ul Qur'an, wafat.
Sosok Ibrahim ibn Thahman adalah salah seorang ulama yang paling awal (abad ke-2 Hijriyah) menolak dengan keras pandangan sebuah sekte bernama Jahmiyyah. Inilah sekte yang menjadi pendahulu sekte terkenal bernama Mu'tazilah.
Cendikiawan NU, Ulil Abshar Abdalla menyampaikan pesan penting bertasawuf di era tsunami informasi. Pria yang akrab disapa Gus Ulil itu menjelaskan, bahwa tasawuf atau jalan menuju Allah itu sangat penting untuk dipahami, dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada asumsi di sebagian kalangan: jika seseorang sudah beragama, nalarnya akan berhenti. Jika mau tetap menjadi manusia bernalar, rasional, tinggalkan agama. Hanya ada dua pilihan: agama atau nalar. Tidak bisa dua-duanya.
Nah, kalau krisis itu tidak mengubah apa-apa, bagi saya itu penderitaan dua kali. Sudah kita mengalami krisis, tidak mendapatkan apa-apa dari krisis itu. Jadi kalau disebut adzab, itu adzab dua kali, adzab kuadrat
Mungkin kita sering mendengar istilah Wali Allah, salah satunya ialah Wali Abdal. Al Abdal memiliki pengganti/menggantikan. Dalam satu masa, hanya terdapat tujuh Wali Abdal yang tersebar di seluruh penjuru muka bumi ini. Seperti yang dikutip dari Jalan Sufi, Wali Abdal menjaga satu wilayah tertentu, jika Wali Abdal meninggal maka akan digantikan oleh yang lain
Saya ingin mengajak publik di Indonesia untuk melihat soal kembalinya Taliban ke kekuasaan di Afghan saat ini bukan dengan bias "perang melawan terorisme". Itu bisa menipu. Apalagi mengeksploitasi isu Taliban yang sedang "menang" ini untuk menakut-nakuti publik di sini.
Ulil Abshara Abdalla (Gus Ulil) beliau adalah ulama cendekiawan berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama, ayahnya adalah seorang ulama besar dari Pati.