Beriman, Berislam dan Bertaqwa seharusnya berbanding lurus dengan insaniyyah, memanusiakan manusia, berbuat baik pada lingkungan, dan makhluq lainnya, hatta makhluq ghaib.
Laduni.ID, Jakarta, Ruh-ruh orang beriman menemuinya, mereka lebih gembira dari pada salah seorang dari kalian yang kedatangan orang yang telah pergi,
Tak kuasa menahan air mata, banyak yang menangis haru membaca kisah Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah, Istri Rasulullah SAW. Sosok panutan dan merupakan perempuan yang sangat istimewa.
Jadi kalimat "kanud" berarti mengingkari yang ada seperti tiada. Merasakan rasa, seperti tak punya rasa. Berjibun nikmat, berlimpah pemberian, tapi seperti rekaman yang dihapus dalam kaset kehidupannya. Mengingat segala sedih, susah, dan musibah yang membakar segala nikmat.
Panutan utama dalam berdakwah adalah Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena itu pendekatan atau cara berdakwah yang terbaik tidak lain harus juga mengikuti beliau.
Kisah Abu Nawas: Legitimasi Kebohongan Agar Terlihat Beriman
Alkisah, Abu Nawas berjalan di tengah pasar, sambil melihat ke dalam topinya, lalu tersenyum bahagia.
Rasulullah SAW selalu memberikan teladan yang baik dan mulia. Demikian pula sikap yang diteladankan ketika beliau bersama dengan orang yang terkena penyakit ganas.
Saat kita meninggal dunia dan memasuki alam kubur (barzakh) apakah kita bisa bertemu dengan orang lain lagi selama di dunia? Misal dengan guru-guru kita yang sudah mengajari kita selama hidup di dunia.
Di dalam kitab Al-Qalyubi karya Ahmad Shihabuddin bin Salamah terdapat satu kisah yang sangat menarik, tentang seorang raja zalim, tetapi ternyata doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT dikabulkan.
Bila dua kelompoik orang beriman berperang maka damaikanlah…
Firman Allah "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda…"
Firman Allah "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menghadapi kematian…"
Firman Allah "Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orangorang yang beriman…."
Firman Allah "Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik…"
Firman Allah "...Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat…"
Firman Allah"Wahai orang yang beriman, jangan suatu kaum memperolokolok kaum lain"
Firman Allah"Wahai orang yang beriman, jangan suatu kaum memperolokolok kaum lain"
Firman Allah "Wahai orang beriman, jauhilah prasangka"
Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah"
Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah"
Firman Allah "Wahai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah"
Haramnya mencuri barang ghanimah sebelum dibagikan, dan sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali mukmin
Para malaikat menjawab was-was dalam iman, dan perkataan orang yang telah mengalaminya
Wajibnya beriman dengan risalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Wajibnya beriman dengan risalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Wajibnya beriman dengan risalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Penjelasan tentang zaman yang keimanan tidak lagi diterima
Penjelasan tentang zaman yang keimanan tidak lagi diterima
"Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR. At-Tirmidzi)
Sikap Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang mengedepankan persatuan dapat dijadikan contoh bagi umat Islam saat ini, terutama ketika menghadapi isu-isu yang sering kali menjadi bahan perdebatan, perselisihan, dan pertikaian.
Dalam catatan sejarah, dakwah pada tahapan ini menghasilkan sekitar 40 orang Muslim, laki-laki dan perempuan. Kebanyakan mereka adalah orang miskin, budak, dan orang Quraisy yang tidak punya kedudukan.
“Maka, sampaikanlah secara terang-terangan segala yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr: 94)
Seekor lebah itu dikenal hanya menghisap sari bunga yang segar dan baik. Ia tidak akan hinggap di tempat yang kotor atau merusak dirinya. Hal ini mengajarkan kepada orang beriman agar senantiasa selektif dalam memilih apa yang dikonsumsi, baik secara fisik maupun spiritual.