Pada kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).
Kedua, Tragedi Ar Raji’. Pada tahun 3 H bulan Safar datanglah kepada Rasulullah kaum dari Bani ‘Adhal dan al-Qaarah dan menyatakan bahwa mereka masuk Islam.
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.
menepis anggapan Safar bulan sial, bahkan tidak baik untuk para lajang mengakhiri stutusnya di meja “pernikahan”. Dalam hal ini baginda Nabi juga melakukan pernikahan di bulan yang mulia ini.
Tentunya para arwah bergetanyangan karena penasaran sehingga berterbangan laksana burung dan juga menganggap arwah mayit berpindah pada tubuh binatang serta akan mengalami reinkarnasi (dihidupkan kembali).
Pada tanggal 27 Safar 859 atau 15 Februari 1455 Salahuddin menghembuskan nafas terakhir di Damaskus. Para pengurus jenazah terkejut-kejut karena Salahuddin tidak memiliki harta.
Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena membahayakan merekapun memenggal lehernya.
Tentulah perbandingan ini sebenarnya telah menunjukkan sifat Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala kepada kita sebagai makhluk-Nya. Tetapi manusianya sendirilah yang tak mau berfikir dan bersyukur dalam perjalanan hidupnya.
Menurut sebagian ulama, ada sebagaian musibah dan bencana yang terjadi di dunia ini juga pernah terjadi dalam lembaran sejarah pada hari Rabu. Hal ini disebutkan dalam firman Allah “Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”.(Q.S. Al-Qamar : 19).
Rabu terakhir bulan Safar diyakini sebagai hari turunnya bala, hingga umat Islam diminta mengadakan shalat tolak bala. Di hari itu pula, seolah negara Indonesia dibukakan matanya dari tabir gelap "bendera tauhid".
Salah satu amal yang dianjurkan pada bulan safar adalah memperbanyak bacaan do'a khusus untuk memohon keberkahan kepada Allah SWT. Berikut do'a di bulan Safar.
Dalam sejarahnya penamaan Safar sebagaimana yang dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir adalah keadaan penduduk Arab pada bulan ini selalu sepi dan sunyi dalam arti sepinya rumah-rumah mereka karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian.
Rebo Pungkasan adalah istilah yang merujuk pada maksud yang sama yaitu untuk menandai hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Menikah adalah sebuah momen sekali seumur hidup yang dinantikan oleh setiap manusia dengan mempersiapkan jauh-jauh hari agar ikatan janji suci tersebut dapat berjalan lancar.