KH. Abbas Djamil Buntet lahir pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 1879 M di desa Pekalangan, Cirebon. Beliau merupakan putra sulung KH. Abdul Jamil
K.H. Hasbiyallah, ulama yang dikenal luas akan kedalaman ilmunya, yang juga pendiri Lembaga Pendidikan Islam Al-Wathoniyah, Klender, wafat pada tahun 1982.
Data tertulis menunjukkan bahwa, Pondok Pesantren Buntet mulai ada perkembangan adalah pada periode kepemimpinan KH. Abdul Jamil (1842-1910)
Kiai muda meraih gelar doktor dengan desertasi yang menggugah kesadaran kita,masaalah relasi manusia dengan alam
Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang berhasil menjuarai ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul Trade Exhibition and Convention Center (SETEC), Seoul, Korea Selatan.
Selain kedalaman ilmu agamanya, Kiai Abbas dikenal seantero tanah Jawa sebagai seorang pendekar karena kedigdayaan dan kesaktiannya. Kesaktian Kiai Abbas ini sejak awal diketahui oleh Hadlratusyekh KH. Hasyim Asy’ari. Diceritakan sekitar tahun 1900-an pada awal pendirian Pesantren Tebu Ireng.
Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Memiliki Dosen sebanyak 14 Orang dan Mahasiswa sebanyak 53 Orang. Berdiri pada 1 September 1996
SMK Mekanika Buntet Pesantren Cirebon adalah satu-satunya sekolah kejuruan di Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Sampai tahun 2015
IPNU-IPPNU Buntet gelar Makestra mengusung tema peduli lingkungan. Mengapa?
makam KH. Abbas Buntet di kompleks Makbaroh Gajah Ngambung, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon
Kiai Muqoyyim adalah ulama sakti dan pendiri Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat, di jaman Belanda Kiai Muqoyyim sering dicari Belanda, hingga pernah dikepung pesantren oleh Belanda, tetapi dia menghilang entah kemana.
Sesepuh Pondok Buntet Pesantren KH Abdul Hamid Anas meninggal dunia pada Kamis (14/11) kemarin.
Kecintaannya pada shalawat tersebut menjadi pesan khusus KH. Ayip kepada rekan-rekan dan jamaahnya. Tanpa kehadiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW, kita bukan lah siapa-siapa.
Alhamdulillah, bisa berziarah ke Makbaroh KH. Ayip Abbas, kyai kelana yang sangat dicintai semua kalangan yang wafat beberapa hari yang lalu.
KH. Nahduddin Royandi Abbas senantiasa mengingatkan pentingnya ikhlas, jujur, dan tawadlu. Pesan itu disampaikan berulang kali dalam setiap momen. Tiga hal itu, sepertinya, pondasi penting Mbah Din dalam berkehidupan.
Sebelum kedatangan Kiai Idham, sang pengasuh Pondok Pesantren Buntet sudah menunggu kehadiran beliau, hal ini dikarenakan jauh sebelum kedatangan Kiai Idham, dirinya sudah diberitahu terlebih dahulu oleh Wali Songo. Para waliyullah mengatakan, "nanti akan datang ke pondokmu seorang wali kutub, pada hari dan jam sekian".
Sikap teladan yang beliau ajarkan merupakan tingkah laku dan aktivitas yang selalu beliau praktikan dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam tulisan di bawah ini, terdapat enam teladan yang dapat diikuti dari KH. Abdullah Abbas.
Berawal dari keinginannya membentuk sebuah komunitas yang islami atau pesantren dan meninggalkan keraton atas dasar kekecewaan terhadap Belanda yang selalu ikut campur dalam urusan keraton.
Kisah ini diceritakan oleh salah satu putri KH. Imam Yahya Mahrus, Nyai Hj. Ita Rosyidah Miskiyyah (Ning Oci).
KH. Anas Abdul Jamil beliau adalah ulama besar dari Buntet Cirebon, Pengasuh pesantren Buntet, dan Muqoddam Tarekat Tijaniyah di Cirebon.
KH. Mustahdi Abbas adalah putra KH. Abbas bin KH. Abdul Jamil, lahir diperkirakan tahun 1913, beliau sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon. Beliau memiliki adik kandung almaghfurlahum: Kyai Mustamid, KH. Abdullah (yang baru saja wafat) dan KH. Nahduddin Royandi Abbas (Sesepuh sekarang).
KH. Muhammad Akyas Buntet beliau adalah putera sesepuh Pesantren Buntet, KH. Abdul Jamil, itu lahir pada tahun 1893. Sejak kecil, dirinya dididik dengan ajaran Islam. Ayahnya mengajarkan dasar-dasar agama, termasuk kemampuan membaca Alquran.
KH. Sufyan Munawar lahir pada tanggal 17 Juli 1917. Dari seorang ayah bernama Rakim Prawirasastra, dan Ibu bernama Arsinah Kesmi.Lahir di tengah-tengah kondisi keluarga yang taat beragama.