Tarbiyah Humanisasi di Indonesia

Dewasa ini realita yang sering terjadi di dunia pendidikan. Tujuan pendidikan itu hanya sebagai transfer of knowledge (mentransfer ilmu

Intelektual dalam Nuansa Humanis

Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang dibutuhkan anak didik adalah kenyataan

Pendidikan Berkarakter via Humanisme

Kunci pokoknya adalah konsientisasi atau pembangkitan kesadaran kritis. Sebuah corak pendidikan yang diusung oleh Freire, yaitu pendidikan kaum yang dijalankan dengan kemurah-hatian otentik, kedermawanan, humanis (bukan humanitarian), menampilkan diri sebagai pendidikan manusia

Realisasi Tarbiyah Humanisme Melahirkan Insan Kamil

Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi

Urgensi Pendidikan Berbasis Humanisme

Pendidikan seringkali juga digunakan sebagai alat hegemoni kekuasaan dan alat untuk melestarikan kelas-kelas sosial dalam masyarakat

Dimensi Humanisme dan Munculnya Inspirasi Dalam Puisi Isa An-Na’uri dan Anis Syusan

 Penghargaan atas nama kemanusia semakin marak diberikan, bukan karena manusia semakin dihargai, tetapi manusia semakin menjauh dari arti kemanusiaan, manusia semakin butuh penghargaan untuk diakui menjadi manusia, tetapi semakin menjauh dan semakin banyak yang tidak memanusiakan manusia, bahkan keluarganya, tetangganya dan saudara se-negara pun menjadi ancaman dan pembantaian.

Ber-Tuhan, Berkemanusiaan

Beriman, Berislam dan Bertaqwa seharusnya berbanding lurus dengan insaniyyah, memanusiakan manusia, berbuat baik pada lingkungan, dan makhluq lainnya, hatta makhluq ghaib.

Rawat Kerukunan Beragama dengan Islam Humanis (Bagian 1)

Dalam hukum Islam juga dikenal lima prinsip universal (kulliyyat al-khams) yang dijadikan pertimbangan bagi para ahli fikih dan hukum Islam dalam menetapkan produk hukum

Buya Syafi'i Ma'arif: Sang Pendekar Chicago yang Telah Berpulang

Semasa hidupnya, Buya tidak pernah menampilkan “ketundukan” terhadap gemerlapnya kehidupan dunia. Beliau tidak tergoda oleh rayuan untuk kemasyhuran dan kemakmuran pribadi yang sebenarnya dengan kapasitasnya beliau bisa dapatkan itu semua. Namun, semua itu beliau kesampingkan dengan tetap menampilkan kesederhanaan yang sangat anggun dan membumi