Mengapa nama NU dipertaruhkan, padahal NU bukan organisasi politik? Karena Jokowi menggandeng pucuk pimpinan NU sebagai wakilnya, yakni KH Ma'ruf Amin yang saat dipilih Jokowi masih menduduki jabatan Rais Aam NU, sebuah jabatan tertinggi di tubuh NU
Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menegaskan dirinya akan memantapkan tatanan kehidupan di Indonesia. Bakal calon wakil presiden yang digandeng Joko Widodo ini memastikan bahwa tidak akan ada lagi konflik ideologis di tahun 2024.
MUI dan Muhammadiyah adalah institusi Islam yang sangat modern dan berisi ulama-ulama cerdik yang pandai merespon situasi secara cerdas, namun once in a life-time, mereka berbelok menjadi konservatif karena tak tahan hidup di alam yang semakin panas, gersang dan terbakar oleh lajunya sekulerisme dan agnotisme di negeri yang dulunya rimbun dengan naungan kesejukan Islam ini.
Dinamika politik umat Islam ideologis (ISIS, HTI, FPI, MMI, dll) selalu menarik untuk disimak. Selain karena politik terkait dengan pengurusan urusan publik juga berhubungan dengan keyakinan, pemahaman dan orientasi personal politisi. Sering disingkat dengan kata ideologi. Dengan kata lain politik merupakan medan juang untuk merealisasikan suatu ideologi.
Menristekdikti RI mengatakan jika tidak ada UKM Pembina Ideologi Bangsa, maka rektor yang salah. Kenapa begitu?
Semangat untuk berkehidupan Islam dalam semua aspek (kaffah) dan berkedaulatan secara sempurna merupakan cita-cita terpuji jika keinginan tersebut lahir dari kejujuran dan keikhlasan hati, bukan karena frustasi melihat keterpurukan umat Islam serta hegemoni Barat yang menembus sumsum kehidupan umat yang paling dalam
Katib ‘Aam PBNU Kiai Yahya Cholil Staquf mengatakan organisasi trans nasional yang berupaya menegakan khilafah tak ubahnya komunis yang menginginkan rezim komunis berlaku untuk seluruh dunia. Keduanya, menurut Yahya hanya menghasilkan kekacauan dan kemelut di seluruh dunia.
Beberapa hari terahir, jagad media sosial diramaikan oleh hasil bahtsul masail NU tentang reinterpretasi brilian penyebutan istilah "kafir" bagi penganut agama selain Islam dalam bingkai negara bangsa Indonesia. Ada yang tidak paham lalu menggoreng, ada yang paham lalu mengkritik, dan ada yang paham lalu mengapresiasi.
Cukup mengejukan bom Srilanka beberapa waktu lalu, tak pelak membuat Indonesia harus extra waspada ditengah perhitungan suara realcount 2019, indikasi jaringan radikalis yg beroperasi di Srilanka sangat dimunkinkan berjejaring dengan afiliasi mereka yang di Indonesai, sehingga Kyai Ma’ruf Amin memperingatkan pemerintah agar waspada kelompok radikalis.
Artikel ini merupakan transkrip pidato dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang disampaikan dalam resepsi Muktamar Masyumi pertama di Solo pada tanggal 13 Februari 1946.
Menteri urusan Agama di Malaysia menegaskan tidak ada tempat bagi ideologi salafi dan wahabi!
Kami telah __mengatakan presiden ini rasis, kami telah mengutuk pernyataan rasisnya
“Pembicaraan tentang topik ini (Khilafah/Imamah) bukan termasuk pembahasan dasar-dasar akidah. Bahaya bagi orang yang tergelincir dalam bahasan itu melebihi bahaya bagi orang yang tidak mengerti dasar pembahasannya”
Manusia beragama tentu berharap hasil akhirnya adalah keselamatan menuju alam akhirat dan perjumpaannya dengan Sang Khaliq.
Tragedi Pandeglang Transmutasi Pergerakan Pengusung Ideologi
Banyak orang menyebut bahwa khilafah itu beraliran aswaja. Benarkah demikian? Simak artikel ini...
Dalam konteks itulah Lirboyo terus berupaya melakukan kontra radikalisme yang sudah menggurita di Indonesia.
Realitas saat inilah yang mendorong perlu tumbuhnya Ideologisasi Ummah NU.
Kiai Achmad Siddiq Jember dan Rais Am PBNU (1984-1990) adalah salah satu kiai arsitek Khittah NU, sekaligus perumus empat pilar "kekuatan NU".
Dalam catatan yang diunggah di akun Facebook pribadinya, KH. Ahmad Baso menyampaikan bahwa Kiai Wachid Hasjim itu ideologi, bukan nasab.
Indonesia bukan negara agama, tapi negara dengan dasar Pancasila. Muktamar NU 1936 di Banjarmasin telah memutuskan bahwa tanah nusantara adalah Darul Islam, tempat yang aman bagi umat Islam dalam menjalankan syariat Islam.
Untukmu wahai kawan-kawanku muda-mudi milenial, yang merasa mendapatkan prestise ketika maniak dan tahu banyak soal Korea, soal Jepang, atau soal seluk beluk peradaban Timur Tengah dan peradaban Barat.
Manusia pasti akan menjumpai Hari Pembalasan, yang pada hari itu tidak akan berfaedah lagi semua harta yang mereka miliki, anak-anak mereka, dan para pendukung mereka.