Abu Bakri bin Muhammad Zainal Abidin Syatha atau yang kerap disapa dengan panggilan Sayyid Abu Bakri Syatha lahir pada tahun 1266 H/1849 M di Makkah.
empat karakter dasar Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang dianut kaum Nahdliyin (sebutan warga NU), yakni Tawassuth, Tasamuh, Tawazun, dan I'tidal, perlu dirumuskan lebih detil oleh PBN
"Kita harus menjaga diri, keluarga dan keturunan kita dalam berkhidmah di jamiyah NU, yang bermanhaj Ahlusunnah wal Jamaah ini," katanya
Sanad keilmuan KH Ma'ruf Amin sudah tidak bisa diragukan. Bagaimana sanadnya?
Waktu kecil dulu, melalui penuturan dari masyarakat sekitar di desa saya (desa Cebolek, di Kabupaten Pati, Jawa Tengah), saya kerap mendengar kisah tentang Kiai Cebolek atau Kiai Mutamakkin (hidup kira-kira pada pertengahan abad ke-17 dan awal abad ke-18) yang melakukan perjalanan ajaib ke Timur Tengah dengan berkendaraan "jin".
Syaikh al-Rais Ibnu Sina pernah bercerita tentang perjalanan keilmuannya. Ini ceritanya.
Masya Allah, begitu luasnya khazanah agama kita. Jadi, jangan sampai karena baru tahu 1 hadits “Kullu Bid’atin Dholalah” lalu tidak punya malu membid’ah-bid'ahkan amaliyah orang lain.
Dulu, pesantren mengajarkan minimal empat aksara: Jawa, Pegon, Jawi Melayu dan Sunda atau Bali. Bukan cuma pegon. Keluarga priyayi di Jawa ngaji aksara Jawi melayu ke pesantren.
Kiai Adlan Aly Jombang adalah murid Kiai Hasyim Asy’ari yang sejak dulu memang terkenal dengan kealimannya, ketawaduannya, dari raut wajahnya terpancar penuh ketulusan. Beliau juga senang bergurau yang cerdas, substantif dan halus, humornya tidak menyakiti orang lain.
“Sanad itu bagian dari agama, barang siapa yang tidak mempunyai sanad kepada guru maka ia akan mengatakan apa yang ia mau, apa yang ia tuju.”
Salah satu yang paling kami ingat dari Syekh Wahbah Az-Zuhaili adalah, bahwa beliau sangat mencintai muridnya dan mempunyai kedisiplinan yang sangat tinggi. Beliau tidak pernah libur mengaji kecuali ketika ada keperluan safar (bepergian).
"Tong, Yu faham kitab nie dari mane?" tukas seorang pelajar asal Betawi yang baru menyelesaikan masa belajarnya di Yaman kepada seorang pemuda yang sedang membuka kajian ilmu di sebuah masjid. Lalu ia menjawab dengan jawaban yang ringkas dan padat, "Ane faham kitab ini dari syekh google mas!"
Dalam kitabnya, Mizan Al-Amal, Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak merupakan bahan pemikiran yang menjadi utama. Kebanyakan karya-karya akhirnya bersifat etis moralitas yang menjamin kebahagiaan sempurna. Teori etika yang dikembangkannya bersifat religius dan sufistik.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang terjebak oleh standar dirinya atau kelompoknya semata. Sehingga memandang orang lain salah dan menilai bohong ketika mendapati hal baru yang orang lain sampaikan.
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ”Barangsiapa yang berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Umat Islam dalam zaman suram itu pada akhirnya hanya boleh mengulang-ulang dan mereproduksi karya-karya ulama sebelumnya. Warisan tersebut selanjutnya diterima sebagai doktrin keagamaan dengan seluruh makna harfiahnya