Beliau adalah salah satu pejuang yang berjiwa nasionalis Indonesia sejati. Ketika Indonesia diserang oleh Belanda, beliaulah yang ditugasi menyelamatkan bendera pusaka Indonesia.
Salah satu sikap yang paling penting bagi Bangsa Indonesia dalam menyambut H.U.T. kemerdekaan RI adalah mensyukuri nikmat Allah yang agung dan luhur,
Inilah wujud ajaran dari Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari yang meletakkan kewajiban bela negara adalah sama pentingnya dengan kewajiban membela agama
Menjelang perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri, mengirim doa demi kebaikan bersama.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya
“Lek misale aku mati omongno nang Wahab kongkon buka tulisan nak menara tahun 1948 (kalau misalnya aku sudah meninggal, katakan kepada Wahab untuk membuka tulisan di menara tahun 1948),” ujar Kyai Hasbullah.
Pertumbuhan dan perkembangan agama Islam itu sendiri karena banyaknya peran aktif pemuda berkualitas didalamnya sebagai kader khalifatul ardhi (pemimpin dunia) dimuka bumi ini dalam memperjuang dinul islam yang telah dicetuskan oleh Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu.
Panitia Kecil PPKI yang terdiri atas Oto Iskandardinata, Achmad Soebardjo, Sajoeti, Iwa Kusumasumantri, Wiranatakusuma, Amir, Hamidhan, Ratulangi, dan I Ketut Pudja; mengusulkan agar dibentuk 13 Kementerian, yaitu
Selain itu, Kyai Mustofa kemudian melanjutkan, saat kemerdekaan diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, Belanda bersama tentara sekutu yang jumlahnya ribuan dan dengan senjata yang canggih kembali datang ke Indonesia.
Margot Wallstrom, selaku Menteri Luar Negeri Swedia, mengaku bangga bahwa negaranya sudah mengakui Palestina sebagai negara yang merdeka.
KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan beliau diangkat menjadi Rois Syuriyah Jawa timur selama hampir 27 Tahun, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota Mustasyar PBNU pada tahun 1985 M
sebenarnya target Dewan Madaris bukan juara, tapi tampil maksimal dalam ajang ini, sebagai salah satu bentuk partisipasi aktif siswa dalam memeriahkan HUT kemerdekaan RI.
Moment hari kemerdekaan RI sering diwarnai dengan perlombaan menarik. Apa saja perlombaan itu?
Kiai Hasbullah pernah menulis pesan kemerdekaan RI di kain satir. Apa isi pesan itu?
Keberdayaan lokal, terutama di daerah tertinggal tidak selayaknya dipandang sekedar 'siapa' menguasai 'apa'. Secara lebih gamblang, kebangkitan otonomi daerah sering terjebak oleh pemahaman elit lokal siapa berkuasa atas kekayaan lokal apa.
Saking cintanya kepada Indonesia, sebagai buktinya, Guru Tua menciptakan syair-syair indah menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Watak birokrasi kita masih salah kaprah dalam memaknai kemerdekaan. Mereka kira kemerdekaan itu adalah uniform, sehingga segala sesuatu harus seragam dari hulu sampai ke hilir. Bahkan riuhnya peserta kontestasi demokrasi tidak sama sekali mengindikasikan warna kemerdekaan.
Berikut ini adalah kisah KH Abdullah Sajjad yang menjadi martir bagi kemerdekaan santri dan masyarakatnya.
Foto yang terpampang di atas merupakan potret langka yang menggambarkan momen bersejarah ketika Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Romo KH. Mahrus Aly, bertemu dengan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. H. Soekarno, serta Rais Aam PBNU, KH. Achmad Shiddiq.
Hari ini, rakyat Indonesia kembali merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Repupbik Indonesia yang ke 74. Usia yang cukup tua bagi ukuran umur manusia, namun masih seumuran jagung bila dibandingkan dengan lamanya bangsa ini terjajah oleh para kolonial, dan panjangnya sejarah perjuangan para pahlawan dalam memerdekaan bangsa ini dari cengkraman para penjajah.
Kemerdekaan yang diperoleh sejak 74 tahun lalu adalah nikmat dan anugerah dari Allah untuk kita dan negeri kita. Cara mensyukuri nikmat itu diantaranya dengan mendoakan para Syuhada' negeri ini di malam 17an yang dikenal dengan istilah Malam Tirakatan.
Hari ini, seluruh bangsa indonesia sedang memaknai dengan penuh hikmat momentum paling bersejarah di Tanah Air Tercinta ini. Dimana “Kita” semua mengenang kembali peristiwa 74 Tahun silam, ketika para pejuang bangsa dan para tokoh bangsa mengikrarkan kemerdekaannya kala itu.
Pada suatu masa, pernah yang namanya kemerdekaan tidak selalu diiringi kebebasan berpendapat di muka umum. Apalagi jika itu menyangkut politik, apalagi menyentil pemerintah yang tengah berkuasa demi alasan stabilisasi nasional.
Ini adalah kisah mbah Kiai Dalhar yang meng-hizb bambu runcing hingga bisa terbang bak senapan.
KH. Mahrus Aly atau yang akrab disapa Mbah Mahrus Lirboyo dikenal sebagai ulama pejuang yang pemberani. Beliau termasuk salah satu ulama yang ikut serta dalam Pertempuran 10 November 1945 melawan tentara sekutu di Surabaya.
Asmah Sjachrunie merupakan perempuan kelahiran Rantau, Kalimantan Selatan, 28 Februari 1928. Jiwa kepemimpinannya memang telah terlihat sejak masih muda. Sehingga tak heran jika kelak beliau menjadi tokoh penting di NU dan Mulimat NU.
NU juga mempunyai kedekatan hubungan dengan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Pada Muktamar Alim Ulama se-Indonesia tahun 1953 di Cipanas, diputuskan untuk memberi gelar kepada Soekarno sebagai Waliyul Amri Dharuriy bis-Syawkah (Pemimpin Pemerintahan yang berkuasa dan wajib ditaati).
Pasca Kaisar Jepang mengumumkan kekalahannya dalam Perang Dunia II, situasi di Indonesia menjadi penuh dengan ketidakpastian, khususnya bagi tentara Jepang yang ditempatkan di Nusantara. Mereka berada di tengah dilema moral dan emosional yang mendalam.
Banyak prajurit dari negara sekutu memberikan kesaksian terhadap perjuangan prajurit dalam merebut dan mempertahankan Indonesia. Mereka bersaksi bahwa pejuang Indonesia adalah musuh yang sangat sulit untuk dihadapi, para pejuang Indonesia lebih baik mati terhormat dari pada hidup dalam penghianatan.
Namun dalam beberapa kesempatan, Mbah Wahab seringkali bertanya referensi dari berbagai permasalahan kepada adiknya, KH Abdul Hamid bin KH Hasbullah. Seorang ulama yang ahli di bidang fiqh, walau tak sepopuler sang kakak, KH Abdul Hamid selalu menjadi rujukan dalam forum bahtsul masail
Dari sanalah tercipta lagu Hari Merdeka yang kita kenal saat ini, yang dikumandangkan oleh seluruh rakyat Indonesia sepanjang masa. Lagu yang menyiratkan semangat ini tercipta dari inspirasi dzurriyyah Rasul, yang mungkin bisa juga dimaknai sebagai penanda ridhonya Rasulullah pada bangsa Indonesia.
Saat itu tepat pada 17 Agustus, Mbah Malik ditemani dengan muridnya, Habib Luthfi pergi ke suatu tempat di daerah Pemalang. Mbah Malik meminta kepada supirnya, Pak Suyuti untuk berhenti dahulu. “Pak Yuti, berhenti dulu,” ucap Mbah Malik kepada sopirnya. “Kita istirahat di tempat yang adem,” ajak Mbah Malik
Mungkin hanya di Indonesia punya tanggal merah lebih banyak dari negara lainnya. Bisa jadi rekor, bahwa benar di kita sering dapati libur karena warna di tanggalnya merah. Entah dari mana asal usulnya lalu kemudian kita kini hanya menerimanya, tanpa bisa protes ke siapapun
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda yang saat itu diboncengi oleh sekutu berniat untuk mengambil kembali Indonesia. Saat itulah KA. Adoellah Nawawi memiliki peran sentral dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, di usia 24 tahun beliau telah menjadi komandan Kompi II Divisi Timur Front Perlawanan Hizbullah
Pertanyaan sekaligus judul tulisan ini hendak menanyakan kembali pada diri kita, tentang sikap dan komitmen kebangsaan kita? Sehubungan dengan momentum perayaan dan peringatan dirgahayu kemerdekaan Republik Indonesia kali ini. Menjadi tanda tanya besar ketika sikap kecintaan, sikap kebanggaan, dan sikap menjaganya hanya sekedar simbolik
Kemerdekaan bangsa Indonesia yang merupakan nikmat yang sangat besar dari Allah swt harus disyukuri dengan menyadari secara penuh bahwa kemerdekaan ini merupakan anugerah yang sangat mulia dari Allah swt
Terdengarlah kabar, bahwa negara ini telah diproklamirkan kemerdekaannya. Maka saat itu Habib Ali memerintahkan agar seluruh Umat Islam memasang bendera merah putih di rumah dan kampungnya masing-masing.
Biografi KH. Mahfudz, Ayahanda Dr. KH. MA. Sahal Mahfudz (Pejuang Kemerdekaan)
Persatuan yang sejati tidak diukur dari keseragaman, tetapi dari kemampuan bangsa untuk hidup berdampingan dengan perbedaan, termasuk dalam hal keyakinan dan ekspresi agama.
Memaknai ulang Resolusi Jihad berarti membawa semangat perjuangan dan cinta tanah air itu ke dalam tantangan kekinian, seperti pemberantasan korupsi, peningkatan mutu pendidikan, memperjuangkan keadilan sosial, pengentasan kemiskinan, serta mengatasi radikalisme dan ekstremisme.
Resolusi Jihad itu kemudian menyulut pertempuran heroik pada 10 November 1945 di Surabaya, yang belakangan kita kenang sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan keberanian rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan semangat pengorbanan tanpa pamrih.