Terakhir sang motivator relegi ini mengingatkan kita, selayaknya hidup ini kita orientasikan untuk menjadi pribadi yang membangun keluarga dan masyarakat yang bertakwa dan saling memaafkan serta berbagi dalam kebaikan dan
Nabi SAW tampak begitu berwibawa. Kepada mereka, musuh lamanya itu, beliau dengan suaranya yang tenang dan sikap yang anggun penuh pesona, mengatakan; “Menurut kalian, apakah kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Beranjak dari itu mari kita berlapang dada dan merentangkan tangan untuk saling meminta maaf terhadap segala kesalahan baik dosa vertikal terlebih dosa horizontal antar sesama. Walaupun memberi maaf lebih utama daripada memaafkan pasca diminta maaf
Memaafkan adalah salah satu sifat dan akhlak utama yang diajarkan Islam. Meski membalas secara setimpal dibolehkan, tetapi memaafkan itu lebih baik. Nabi Muhammad SAW adalah manusia pemaaf dalam segala keadaan.
Allah akan berikan hadiah berupa istana di surga bagi orang yang berdamai dan saling memaaflkan.
Menandakan yaumil Aid telah tiba, sang gema takbir terus berkumandang di sudut bumi walau tidak semegah sahutan di lebaran Idul Fitrah mulai Magrib hingga menjelang pelaksanaan salat Idul Fitri.
Supaya tidak ada kebencian diantara sesama manusia maka caranya adalah dengan saling memaafkan.
Gus Dur dengan pemikiran dan kualitas kecerdasan intelektual dan spiritulanya telah berhasil membuat masyarakat Indonesia duduk berdampingan dengan damai, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau suku.
Kita bisa melihat dalam ayat ini sebagian akhlak mulia Rasulullah SAW, seperti lemah lembut, tidak kasar dan keras, pemaaf, mendoakan ampunan, dan mengajak berdialog dengan umat.
"Dan beliau sudah meminta maaf. Apa tindakan kita? Maka sebagai umat Nabi Muhammad, maka memberi maaf itu adalah perbuatan yang mulia. Sangat mulia,” terang Habib Abdullah
Aib yang nyata saja diperintahkan Allah untuk ditutup, apalagi aib yang belum tentu benar/salahnya, atau masih simpang siur kabarnya. Tutupi aib saudaramu di dunia maka Allah SWT akan menutupi aibmu di akhirat.
"Ambillah sifat memaafkan ini, dan suruhlah orang mengerjakan kebaikan (makruf), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh" (Al-A’raf: 199). Ayat ini adalah Makkiyah dan termasuk pondasi penting dalam Islam. Sifat memaafkan merupakan bagian terpenting dalam misi penyempurnaan akhlak yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Manakala aku memaafkan orang dan tidak mendengki. Jiwaku menjadi tenang, tak hendak membalasnya (dan itu menjadi obat bagi stress dan hati yang sakit).
Dalam pergaulan keseharian, manusia kerapkali berbuat kesalahan. Bagi pelaku, tentunya dianjurkan untuk taubatan nasuha dan bagi korbannya dianjurkan untuk memaafkan
Ada keadilan yang dimunculkan dari sikap saling memaafkan. Meskipun, tetap saja, keadilan yang dibangun manusia akan jauh berbeda dengan adil yang ditunjukkan Allah subhanahu wa ta'ala
Jika seseorang mempunyai kezhaliman kepada saudaranya, lalu ia memaafkannya, apakah ia harus menjelaskan kezhalimannya?
Jika seseorang memaafkan kezhaliman, maka ia tidak dapat menariknya kembali
Larangan memaafkan hukuman jika telah dilaporkan penguasa
Wahsyi bin Harb adalah seorang budak asal Habasyah (Ethiopia) yang dimiliki oleh Hindun binti Utbah, seorang istri dari pembesar Quraisy, yaitu Abu Sufyan. Ia dikenal dalam sejarah Islam karena perannnya dalam Perang Uhud. Tindakannnya dalam perang ini, di mana ia membunuh paman Rasulullah SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib, menjadi salah satu momen kesalahan terbesar dalam hidupnya.