Akan datang suatu masa sedikit ahli agamanya dan banyak penceramahnya, sedikit yang memberi dan banyak yang meminta-minta. Di masa tersebut ilmu lebih utama dari pada amal"
Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami paceklik pemikiran Islam yang cemerlang akibat merosotnya kualitas para sarjana dan pemikir muslim brilian. Simak ulasan Sumanto al Qurtuby sebagai berikut.
“Ahli fiqh menggunakan ilmu Usul Fiqh untuk mengeluarkan keputusan hukum. Ayat dan hadits adalah sumber utama. Dari ayat dan hadits, ahli fiqh menganalisa,” dikutip dari postingan di laman Facebook pribadi beliau pada Kamis, 17 Juni 2020.
Terlebih di bulan Maulid dan acara-acara akhir sanah, banyak sekali para penceramah entah itu kiai gus atau ustadz ketika sedang berceramah terlebih di atas panggung, dengan mudahnya dan semangatnya mengutip hadits Nabi (hadits dha'if) yang berkaitan dengan "Targhib" dan "Tarhib" atau "Fadhailul A'mal" secara tanpa menjelaskan sanadnya
Menjadi penceramah itu mulia, karena sudah menyampaikan ajaran agama meski satu ayat. Hikmahnya banyak orang tercerahkan oleh apa yang disampaikannya. Perlu mengapresiasi keistiqomahan para penceramah dalam menyampaikan ajaran. Sebab tablig itu perintah, dan menghargainya pun adalah keutamaan.
Indonesia hari ini adalah darurat ulama yang alim dan soleh. Kita tentu melihat ini dengan cemas, tak enak rasa, dan ketakutan yang amat sangat ketika ulama wafat, itu artinya ilmu diangkat bersamaan wafatnya orang alim
Cukup sedih ketika mendengar berita wafatnya ulama di zaman ini. Terlebih ulama tersebut adalah ulama Ahlussunnah wal Jamaah yang sangat giat belajar, berdakwah dan memberikan pencerahan yang banyak kepada manusia