Sercarz menjelaskan kepada Food 52, ketika rempah-rempah menua dan bersentuhan dengan oksigen, minyak atsirinya menguap sehingga mengering dan menyebabkan rasa kurang sedap. Kelembaban juga dapat menyelinap masuk dan merusak cita rasa.
Kini, saatnya Indonesia menghidupkan kembali spirit Jalur Rempah sebagai simbol keunggulan, persatuan, dan identitas bangsa. Dari aroma rempah yang harum, terangkai kisah tentang Nusantara yang mengubah dunia.
Sejarawan Singgih Tri Sulistiyono dari Universitas Diponegoro mengungkapkan bahwa ketika Firaun Ramses II wafat pada 12 Juli 1224 SM, lubang hidungnya diisi dengan biji lada. Tindakan ini kemungkinan besar berkaitan dengan tradisi pengawetan jenazah yang lazim dilakukan bagi para Firaun di Mesir Kuno.
Reputasi Nusantara sebagai penghasil rempah terbaik dunia mulai menyebar ke berbagai penjuru. Pada abad keenam, pedagang Bizantium diketahui membeli rempah dari Sri Lanka dan India. Jalur perdagangan ini kemungkinan juga mencakup rempah-rempah dari Nusantara, yang sampai di pelabuhan-pelabuhan Asia Selatan melalui jaringan perdagangan lokal.
Pada 1619, dunia perdagangan rempah-rempah di Nusantara menjadi medan persaingan sengit antara bangsa-bangsa Eropa. VOC, badan dagang Belanda, berhasil mendirikan pos kekuasaannya di Batavia, yang sebelumnya bernama Jayakarta. Momen ini menjadi tonggak penting dalam sejarah kolonialisme di Indonesia.