Dunia pendidikan di Indonesia berkembang cepat. Kurikulum dan sistem pendidikan juga cepat berubah, karena masyarakat Indonesia dan bahkan masyarakat dunia juga berubah.
Pesantren Al-Muayyad adalah salah satu pondok pesantren Al-Quran tertua di Solo, yang dirintis tahun 1930 olen K.H. Abdul Mannan bersama K.H. Ahmad Shofawi dan Prof. K.H. Moh Adnan dan ditata sistemnya ke arah sistem madrasah tahun 1937 oleh KH. Ahmad Umar Abdul Mannan.
Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta diselenggarakan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Islam Nahdlatul Ulama Surakarta
KH. Ahmad Umar Abdul Manan merupakan salah seorang tokoh ulama kharismatik dari Solo sebagai seorang pengasuh dan penghafal al-Quran yang diberi keistimewaan mengetahui banyak tentang rahasia kandungan al-Quran.
Majelis ilmu dan dzikir Ar-Raudhah Surakarta, Jawa Tengah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siradj, MA menerima gelar bangsawan dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Gelar tersebut diberikan langsung oleh Sinoehoen Kangjeng Soesoehonenan Pakoe Boewono Senapati Ing Ngalanga Ngabdurrachman Sayidin Panatagama XIII, di Keraton Surakarta.
H. Mustahal Achmad lahir pada 8 Januari 1935, di Solo. Beliau merupakan putra Kiyai Masyhud, seorang Kiyai besar yang dikenal, khususnya sebagai ahli ilmu nahwu.
Habib Anis al-Habsyi Solo merupakan salah satu dzurriyah Nabi SAW yang terkenal akan kecintaannya pada ilmu. Dikisahkan melalui salah seorang cucu beliau, Habib Muhammad bin Husein bin Anis al-Habsyi, ketika usia muda Habib Anis gemar membaca buku
KH. Abdul Karim Ahmad, Ulama, Nahdlatul Ulama, Surakarta, Jawa Tengah
Nyai Hj. Siti Fathonah adalah ulama wanita Nahdlatul Ulama Sragen dan merupakan pengasuh pesantren An Najah Gondang Sragen
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Dalam sejarah Islam,Kesultanan Mataram memiliki peran yang cukup penting dalam perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia)
Sultan Agung bermaksud menegakkan ideologi negara dan untuk itu membuat dirinya sendiri menjadi suri tauladan bagi seluruh rakyat Mataram yang dipimpinnya, baik dalam kedudukannya sebagai kepala negara maupun sebagai pemimpin agama.
Kyai Juru Mertani digambarkan sebagai seorang petani yang berwawasan negarawan, disaat para bangsawan lain lebih tertarik untuk mengolah ketrampilan fisik , pada masa mudanya Kyai Juru Mertani lebih tertarik pada ilmu agama, olah rasa, serta ilmu ketatanegaraan, filsafat, psikologi maupun strategi .