Dalam perjalanan sufinya, Syekh Bahauddin mengatakan bahwa beliau berpegang teguh pada jalan yang ditempuh Nabi dan sahabatnya. Salah satu ungkapan beliau mengatakan bahwa sangatlah mudah mencapai puncak pengetahuan tertinggi tentang monoteisme (tauhid), tetapi sangat sulit mencapai makrifat yang menunjukkan perbedaan halus antara pengetahuan dan pengalaman spiritual.
Ketika Sirhindi berhasil mengukuhkan dirinya sebagai penerus Baqi’ Billah di Delhi, Taj al-Din yang dianggap sebagai saingannya yang gigih dalam membela konsep wahdatulwujud, dengan kecewa meninggalkan Delhi kemudian menetap di Makkah. Di sana, seorang sufi yang cukup masyhur, Ahmad bin Ibrahim bin ’Allan, menjadi muridnya dan kemudian menjadi khalifahnya.