Kematian merupakan suatu hal yang pasti terjadi bagi setiap makhluk hidup, tak terkecuali pada manusia. Kapan seseorang akan meninggal pun sudah ditetapkan ketika dirinya masih di dalam kandungan, ketika ruh ditiupkan.
Kita harus sadar dan menerima dengan ikhlas, bahwa segala hal yang terjadi, baik, buruk, menyenangkan, menyedihkan, semuanya sudah ditetapkan dalam takaran yang tepat untuk kita, agar kita bisa menjadi lebih baik dalam hidup ini.
Dalam akidah Ahlussunnah wal Jama'ah, Allah telah menciptakan Surga dan Neraka lengkap beserta calon penghuninya masing-masing. Namun tak ada yang tahu daftar penghuni surga atau neraka itu sehingga tak dibenarkan merasa dirinya sendiri atau memvonis orang lain sebagai penghuni pasti surga atau penghuni pasti neraka, kecuali bila ia mati dalam keadaan non-muslim.
Tiada kesedihan hati yang lebih berat dari pada harus berpisah dari orang yang dicintai. Semua orang pasti pernah atau akan berpisah dari orang-orang yang terdekatnya. Takdir "kematian" yang pasti adanya, tak diketahui kapan saatnya, tak disukainya, yang tak seorangpun mampu menghindarinya itu telah memisahkan seseorang dari orang-orang yang dicintai dan mencintainya.
Tetapi perlu dicatat, dalam hal ini sebagian ulama ada yang menjelaskan bahwa yang dapat diubah adalah Qadla' Muallaq, sementara Qadha' Mubram tidak dapat diubah.
Harta benda dan anak adalah mengandung fitnah. Kenapa bias demikian?
Siapapun tidak bisa memastikan akhir hidup seseorang, meskipun kelihatannya menjadi santri sejak kecil, begitu tua, akhir umurnya terkadang bisa berubah. Imannya dapat dicabut.
Jawabannya bukan agar kita berpangku tangan dan diam saja. Bukan juga untuk menjadikan Tuhan sebagai "kambing hitam" atas kegagalan kita sendiri. Keduanya bukan ajaran agama.
Kajian Kitab Hikam Pasal 29, 'Cara Berdo'a Menunjukkan Level Derajat Hamba Dihadapan Allah'
Dialog antara Nabi Adam a.s. dan Nabi Musa a.s. dalam hadis di atas menunjukkan dengan jelas bahwa diturunkan atau dipindahkannya Nabi Adam a.s. dan isterinya Hawa dari surga ke dunia tidaklah semata-mata disebabkan oleh kesalahan pribadi Nabi Adam a.s., tetapi juga telah ditentukan oleh takdir Allah s.w.t. jauh sebelum penciptaan Nabi Adam a.s.
Betul, takdir itu tidak pernah tertukar, tidak akan salah alamat. Gak usah takut ama virus COVID-19, karena virus itu ciptaan Allah. Takutlah sama Allah.
Manusia yang dilahirkan telah ditentukan kapan matinya dan cara hidupnya. Karena itu, bisa dikatakan bahwa kita hidup dengan menjalankan auto pilot dari Allah.
Semua kejadian dalam kehidupan alam semesta, termasuk kejadian yang dialami oleh manusia pada hakekatnya berjalan menurut ketetapan takdir Allah SWT
Bersabar merupakan anjuran agama bagi setiap manusia. Tak sedikit dalil Al-Qur’an dan hadits yang memerintahkan manusia untuk bersabar. Dalam sebuah hadits, diterangkan tentang macam-macam sabar dan juga ganjarannya
Kita bodoh atau pintar, kaya atau miskin, ini nasib. Bisa diubah. Takdir tidak akan bisa diubah. Takdir ada yang keras (hard) dan ada yang lunak (soft). Bangsa yang belum bisa membedakan antara takdir dan nasib, tidak akan bisa menjadi pemimpin peradaban.
Iradah dan Ridho Allah adalah dua hal yang sering dicampur aduk oleh nafsu seseorang, sehingga akalnya pun ikut bingung. Para ulama telah memberi garis pemisah yang jelas antara keduanya, tapi nafsu terus mengajak agar keduanya dicampur aduk. Dan akhirnya kebingungan sendiri dalam menentukan sikap.
Berlindung kepada Allah dari kesusahan yang menyengsarakan dan takdir yang buruk
Semua kejadian dalam kehidupan alam semesta, termasuk kejadian yang dialami oleh manusia pada hakekatnya berjalan menurut ketetapan takdir Allah s.w.t. Manusia ditugaskan untuk berusaha semaksimal mungkin demi meraih kesuksesan di dunia dan akhirat
Dialog antara Nabi Adam a.s. dan Nabi Musa a.s. dalam hadis di atas menunjukkan dengan jelas bahwa diturunkan atau dipindahkannya Nabi Adam a.s. dan isterinya Hawa dari surga ke dunia tidaklah semata-mata disebabkan oleh kesalahan pribadi Nabi Adam a.s.,
Menurut Imam Al-Ghazali dalam bab Kitab Al-Qadha’ wa Al-Qadar, kita hanya perlu membenci perbuatanya, seperti zina, mencuri, dan lain sebagainya, karena semua perbuatan maksiat memang dibenci dan diperintahkan langsung oleh Allah untuk membencinya.
Penjelasan tentang Iman, Islam dan Ihsan
Anak Adam telah ditetapkan bagiannya dari perbuatan zina dan selainnya
Anak Adam telah ditetapkan bagiannya dari perbuatan zina dan selainnya
Berlindung dari buruknya takdir buruk dan kesialan
Berlindung dari buruknya takdir buruk dan kesialan
Berlindung dari buruknya takdir buruk dan kesialan
Berlindung dari buruknya takdir buruk dan kesialan
Keistimewaan Malam Nishfu Sya’ban dengan berbagai keberkahannya itu, kemudian menjadikannya disebut dengan banyak nama, yang mana masing-masing dari nama-nama itu memiliki keagungan dan kemuliaan tersendiri yang bisa diraih oleh umat Islam.
Doa atau permintaan masyarakat dalam Malam Nishfu Sya’ban atau melalui bentuk sedekah dipercaya masyarakat dapat “mengubah” bala yang ditakdirkan Allah SWT akan menimpa mereka, terutama takdir mu’allaq yang realisasinya sangat berkaitan erat dengan doa.
Alkisah, seorang tokoh ulama Mu’tazilah, suatu ketika ingin melamar salah satu putri seorang qodhi (hakim) yang berada di Makkah. Sementara, qodhi tersebut adalah seorang penganut paham Ahlussunnah wal Jama'ah.
“Sesungguhnya iman di dalam hati salah seorang dari kalian akan usang sebagaimana usangnya pakaian. Maka mintalah kepada Allah agar memperbaharui iman dalam hati kalian.” (HR. Thabrani)