Sementara itu, sebelumnya Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan Washington serius dalam mencapai perdamaian dan menegaskan tujuan mencegah Afghanistan menjadi ruang untuk terorisme internasional, serta membawa pulang militer AS.
Kelompok Taliban kembali menyerang markas aparat keamanan Afghanistan dengan bom mobil hari ini, Minggu (7/7).
Zalmay Khalilzad, Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan, menggambarkan putaran terakhir perundingan damai dengan Taliban yang berlangsung di Doha, Qatar.
Tragedi bom bunuh diri kembali terjadi di Afghanistan. Kali ini pelakunya diduga adalah seorang remaja berusia 13 tahun. Serangan itu terjadi di Distrik Pachirwa Agham, Provinsi Nangarhar Jumat (12/7).
Samaa, Sebuah stasiun radio di Afghanistan, terpaksa ditutup. Menurut sang direktur, Ramez Azimi, dia memutuskan menutup stasiun radio itu karena diancam oleh kelompok Taliban.
Serangan itu terjadi di pintu masuk sebuah rumah sakit di desa Kotlan Saidan, di pinggiran kota barat laut Dera Ismail Khan.
Taliban menolak ajakan pemerintah Afghanistan untuk melakukan perundingan damai yang ditengahi Jerman.
Delegasi Taliban yang dipimpin Mullah Baradar Akhund berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Rabu (30/7).
Puluhan korban yang kebanyakan adalah penduduk sipil termasuk wanita dan anak-anak langsung dilarikan ke rumah sakit.
Informasi kematian Hamza bin Laden merebak pada awal Agustus lalu. Mengutip pejabat intelijen AS, media lokal Negeri Paman Sam melaporkan bahwa Hamza bin Laden telah meninggal.
Enam jurnalis Afghanistan yang bekerja untuk organisasi media swasta dan pemerintah Provinsi Paktia Timur dikabarkan hilang diculik Pejuang Taliban.
Sher Mohammad Abbas Stanikzai, ketua delegasi Taliban dalam pembicaran dengan Amerika Serikat (AS) mengatakan, kubunya siap untuk berperang 100 tahun lagi dengan AS, jika Washington menginginkan hal itu. Meski demikian, Taliban selalu siap untuk kembali memulai pembicaraan damai dengan AS.
Demo Mahasiswa Gagal Ditunggangi, Taliban Tetap Bergerak
Dalam sebuah laporan Pemimpin Al Qaidah Asia Tenggara, Asim Umar tewas dalam gempuran gabungan di selatan Afghanistan.
Zalmay Khalilzad, Negosiator perdamaian Amerika Serikat akan berkonsultasi dengan Rusia, China dan sekutu Eropa guna membahas negosiasi damai di Afghanistan.
Semalam, dunia menerima kabar, yang sebenarnya bukan sebuah kejutan bagi orang-orang yang belajar membaca pola dan memprediksi trajektori, bahwa Kabul, ibukota Afghanistan akhirnya kembali lagi dikuasai oleh Taliban
Taliban jelas memiliki 3 faksi di Afghanistan, ada faksi Al-Qaeda, faksi ISIS yang akan deklarasi Islamic khurozan state/propinsi khurozan dan taliban "moderat". Taliban sendiri ada masalah antara elit mereka dengan pasukan dibawah, sejauh ini belum terkontrol penuh,
Saya ingin mengajak publik di Indonesia untuk melihat soal kembalinya Taliban ke kekuasaan di Afghan saat ini bukan dengan bias "perang melawan terorisme". Itu bisa menipu. Apalagi mengeksploitasi isu Taliban yang sedang "menang" ini untuk menakut-nakuti publik di sini.
Taliban adalah kelompok bersenjata yang muncul pada periode perang Mujahiddin di Afghanistan pada periode 1979 - 1989. Di saat perang selesai, terjadi kekosongan pemerintahan di Afghanistan yang diperebutkan oleh berbagai faksi-faksi bersenjata yang dulunya disatukan oleh musuh bersama mereka, yaitu Uni Soviet
Kajian-kajian akhir zaman (eskatologi) berubah menjadi cocoklogi jika tidak berbasis fakta, logika, dan sejarah. Harusnya kajian ini bersifat ilmiah berdasarkan metodologi dan riset
Menteri Luar Negeri Indonesia menemui perwakilan Taliban di Doha (27/8). Tiga pesan penting yang disampaikan Bu Retno: 1) pemerintah inklusif di Afghanistan; 2) Menghormati hak-hak perempuan dan 3) Memastikan Afghanistan tidak menjadi tempat berkembang organisasi dan kegiatan teroris
Sebagian orang melihat persoalan Taliban dari satu sisi saja, yakni kepentingan dalam negeri khusus masalah keamanan yang berhubungan dengan terorisme. Akibatnya, narasi-narasi yang dibangun anti Taliban secara membabi buta