Seri Wayang Kebatinan Islam pada bagian ini menyampaikan Spiritualitas dalam Dunia Pewayangan.
Perkembangan wayang di Indonesia merupakan hasil dari proses yang berkesinambungan antara masa yang berbeda, sampai mengalami penyempurnaan seperti sekarang ini.
Perkembangan wayang dari masa ke masa, bagian masa Hindhu-Budha.
Sejarah perwayangan setelah masa Pra Sejarah, Hindhu-Budha, maka memasuki masa Islam yang dimulai dari kerajaan Demak dan Pajang.
Wayang di zaman kerajaan Mataram mengalami perkembangan yang signifikan dengan adanya pengembangan perwatakan pada para tokoh wayang,
Perkembangan wayang kulit di masa paska kemerdekaan menarik disimak dengan adanya pengembangan dari penerimaan perangkat modern.
Wayang kulit sebagai diamanahkan oleh Wali Sanga adalah sebagai media dakwah Islam kepada masyarakat dengan mempertimbangkan perkembangan zaman.
Profil Semar memberikan gambaran tentang pentingnya kita berhubungan dengan Tuhan.
Perkins menceritakan sebuah pertunjukan wayang yang tragis, di mana tokoh perjuangan nasional dari Belanda, terbunuh akibat 'provokasi' dari pertunjukan wayang.
LADUNI.ID, Jakarta – Pada pergelaran wayang kulit di De’ Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/11) malam. [Gambar] Saat Mendagri RI peringati Hari Lahir Pancasila, di Lapangan Pacasila (Simpang Lima) Kota Semarang, Kamis (1/6) malam.
Mbah Paijo adalah tokoh kejawen yang dikenal ramah, sederhana dan dihormati, tapi tidak mau sholat.
Dakwah itu harus se-kreatif Wali Songo. Ketika di Jawa gandrung dengan kesenian, Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, menciptakan suatu yang karya monumental, yaitu wayang.
Kepercayaan yang berkembang di Nusantara sekitar 1500 tahun sebelum Masehi adalah bentuk kepercayaan Animisme. Dalam kepercayaan ini, orang meyakini bahwa roh orang yang telah meninggal masih tetap hidup dan memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan kepada manusia yang masih hidup.
Pemerintah Indonesia sudah harus tegas melumpuhkan pontensi intoleransi dan radikalisme, juga potensi perusak budaya Nusantara.
Hampir sepekan jadi polemik, wayang telah menjadi target yang diharamkan oleh penceramah yang tidak punya kapasitas paham tentang hukum Islam (fikih).
Wayang yang kita lihat sekarang ini berbeda dengan wayang pada masa lalu, begitu pula wayang di masa depan akan berubah sesuai zamannya. Tidak ada sesuatu seni budaya yang mandeg atau berhenti. Seni budaya akan selalu berubah dan berkembang, namun perubahan seni budaya wayang ini tidak berpengaruh terhadap jati dirinya. karena wayang telah memiliki landasan yang kokoh.
Seni pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa merupakan kesenian tradisonal yang mampu bertahan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman dengan segala aspek perubahan-perubahannya. Perkembangan seni pertunjukan wayang di pengaruhi oleh kondisi sosial, yang berpengaruh terhadap perubahan fungsi seni pertunjukan wayang.
Abimanyu adalah putra kesayangan dari Arjuna, penengah dari Pandawa dan cucu Prabu Pandudewanata, raja Negeri Astina. Ibunya bernama Dewi Subadra dalam pewayangan lebih dikenal dengan sebutan Dewi Wara Sembadra, putri Prabu Basudewa raja negeri Matura/Madura/ Mandura dengan Dewi Dewaki.
Begawan Abiyasa adalah adalah kakek keluarga Pandawa dan Kurawa. Ayah Begawan Abiyasa adalah Begawan Palasara, pertapa terkenal dari Gunung Rahtawu. ibunya, yang bernama Dewi Durgandini,
Adirata adalah Raja Petapralaya yang juga bergelar Prabu Radheya, Istrinya bernama Dewi Nadha atau lebih dikenal dengan nama Radha. Adirata dalam Kitab Mahabharata adalah ayah angkat Adipati Karna atau Karna, yang sebenarnya adalah putra sulung Dewi Kunti dari Batara Surya.
Dewi Amba adalah putri sulung dari tiga bersaudara, putri Prabu Darmahumbara, raja negara Giyantipura dengan peramisuri Dewi Swargandini. Kedua adik kandungnya bernama Dewi Ambika (Ambalika) dan Dewi Ambiki (Ambaliki).
Dewi Ambika (Ambalika) dan Dewi Ambiki (Ambaliki), putri Dewi Swargandini dan Prabu Darmahumbara atau Prabu Darmamuka, raja negara Giyantipura atau Sruwantipura. Dalam kitab Mahabharata juga disebut dengan nama Kerajaan Kasi atau Kasipura.
Anggada adalah salah satu tokoh wayang yang berwujud kera berbulu merah. Dia anak tunggal Resi Subali, raja kera dari Kerajaan Guwakiskenda, sedangkan ibunya seorang bidadari ‘bernama Dewi Tara. itulah sebabnya, ia juga disebut Subaliputra atau Subalisuta.