KH.Nursaman, lahir di Tangerang pada tanggal 11 bulan April Tahun 1958. Beliau merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Junedi dan ibu Nafsiah, dan adiknya bernama Ahmad Nawawi.
KH. Zubair juga merupakan bagian terpenting dari para kyai NU, khususnya wilayah Rembang dan Jawa Tengah. Beliau senantiasa setia dengan bangsanya. Menurut Ulum, sang kiai senantiasa menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada keluarga dan murid-muridnya. Semangat “Hubbul wathan minal iman” tersebut kemudian diwarisi oleh putranya, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Dalam kehidupannya, beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat, baik dengan pemikirannya atau dengan alirannya.
Habib Abdurrahman As-Sagaf adalah figur yang tidak hanya dikenal karena ilmu agamanya, tetapi juga karena sifat-sifat luhur dan akhlak mulianya. Beliau menjadi contoh nyata dari kesempurnaan budi pekerti, kelembutan perilaku, dan ketakwaannya yang memikat hati siapa pun yang berinteraksi dengannya.
KH. Abdul Kholiq Afandi termasuk seorang yang mempunyai kecintaan yang sangat dalam kepada tanah kelahiranya, seorang tokoh masyarakat yang mengabdikan hidupanya untuk desa tempat kelahirannya. Banyak kemajuan-kemajuan Desa Tritunggal berkat langkah-langkah strategisnya.
KH. Nahduddin Royandi Abbas senantiasa mengingatkan pentingnya ikhlas, jujur, dan tawadlu. Pesan itu disampaikan berulang kali dalam setiap momen. Tiga hal itu, sepertinya, pondasi penting Mbah Din dalam berkehidupan.
Gurutta Daud Ismail memulai pendidikan awalnya dimulai di bawah bimbingan orang tuanya di rumah, khususnya dalam mempelajari Al-Qur'an. Selanjutnya, beliau melanjutkan pendidikannya ke berbagai pesantren di Sengkang, di mana beliau belajar dari berbagai ulama terkemuka di wilayah tersebut.
KH. Muhammad Luthfi Ahmad, lahir di Jember 2 Januari 1965, bersuku Madura, berkulit matang agak gelap, tinggnya sekitar 165 cm, badannya tegap, penampilan dan tutur katanya kelam tetapi tegas, sehingga memancarkan sinar kewibawaan seorang kyai yang kharismatik.
Cita-citanya untuk mengabdi di dunia pendidikan terus belanjut, sekitar tahun 1955, Kyai berputra 11 orang dari pasangan Hj. Fathonah, cucu KH. A. Ghoni Surabaya ini menjadi Kepala SMP Islam Jl. Kartini Malang.
Selepas KH. Harun Abdul Jalil menuntut ilmu di berbagai pesantren, tepat pada tahun 1908, KH. Harun Abdul Jalil mendirikan Pondok Pesantren Kempek.