Imam Al-Bushiri adalah seorang ulama sufi dan pengikut thariqoh, semasa hidupnya beliau memiliki gelar Syarafuddin (kemulyaan agama). Dalam ilmu tasawuf berguru kepada Syaikh Abul Abbas Al-Mursi, pemegang matarantai thariqoh Syadziliyah pasca wafatnya Syaikh Abul Hasan Ali Asy-Syadzili.
KH. A. Nafi’ Abdillah adalah sosok yang bersahaja, santun, dan ramah kepada siapa pun. Sebagai seorang mursyid thariqah, beliau mempunyai jamaah yang tingkat keilmuan dan strata sosialnya beragam, namun beliau mampu mengayomi semua tanpa diskriminasi.
KH. Ghozalie Masroeri ulama Nahdlatul Ulama Grobogan Jawa tengah
Gus Mad memang memiliki jiwa bisnis yang lumayan bagus. Beliau tidak hanya mengurusi pesantrennya saja, tetapi juga berkecimpung di dunia usaha. Sejumlah usaha yang digeluti beliau antara lain biro perjalanan haji, toko variasi mobil, dan toko swalayan.
Biografi Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A Ulama Nahdlatul Ulama Tangerang Jawa Barat
KH. Ridwan Abdullah tidak memiliki pesantren. Beliau adalah seorang pendakwah dan pengajar yang pindah sari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu desa ke desa yang lain, dari satu kampung ke kampung yang lain.
KH. Bachri Basyiron mendirikan dengan peletakan batu pertama pada pertengahan tahun 1955 atas titah sang guru, KH. Ma’shum Lasem. Suatu ketika, setelah boyongan dari Pesantren Al-Hidayah Lasem-Rembang, Jawa Tengah.
KH. Syansuri adalah sosok yang mampu mencetak murid-murid yang handal dan berlabel nasional bahkan internasional. Ini dilihat dari banyak santri beliau yang lulus dari Perguruan Tinggi di dalam dan luar negeri dan ada yang sebagian bergelar doktor dan professor juga ada yang menjadi ulama menjadi pengusaha, menjadi politikus dan aktifis nasional.
Gus Yahya masuk dalam peringkat 19 dalam daftar 500 tokoh muslim paling berpengaruh dunia 2023 yang dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).
Menurut sejarah, saat KH. Muhsonudin menemui gurunya di Pesantren Tegalrejo, Magelang kepada KH. Chudlori meminta izin atas kesungguhannya mengaji suatu kitab nahwu yang bernama Al-Fiyyah, sebelum Beliau sampai rumah kediamannya untuk menghafal 1003 nadzom waktu sepulang perjalanan kaki, telah terhafalkan dalam hitungan jam.