KH. Ridwan Abdullah tidak memiliki pesantren. Beliau adalah seorang pendakwah dan pengajar yang pindah sari satu tempat ke tempat yang lain. Dari satu desa ke desa yang lain, dari satu kampung ke kampung yang lain.
KH. Bachri Basyiron mendirikan dengan peletakan batu pertama pada pertengahan tahun 1955 atas titah sang guru, KH. Ma’shum Lasem. Suatu ketika, setelah boyongan dari Pesantren Al-Hidayah Lasem-Rembang, Jawa Tengah.
KH. Syansuri adalah sosok yang mampu mencetak murid-murid yang handal dan berlabel nasional bahkan internasional. Ini dilihat dari banyak santri beliau yang lulus dari Perguruan Tinggi di dalam dan luar negeri dan ada yang sebagian bergelar doktor dan professor juga ada yang menjadi ulama menjadi pengusaha, menjadi politikus dan aktifis nasional.
Gus Yahya masuk dalam peringkat 19 dalam daftar 500 tokoh muslim paling berpengaruh dunia 2023 yang dirilis The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).
Menurut sejarah, saat KH. Muhsonudin menemui gurunya di Pesantren Tegalrejo, Magelang kepada KH. Chudlori meminta izin atas kesungguhannya mengaji suatu kitab nahwu yang bernama Al-Fiyyah, sebelum Beliau sampai rumah kediamannya untuk menghafal 1003 nadzom waktu sepulang perjalanan kaki, telah terhafalkan dalam hitungan jam.
Akhirnya pada tahun 1947 Kyai Syahmari membuka pengajian Al-Qur,an, Fiqih,Tauhid dan Nahwu Shorof untuk anak-anak dan pengajian wetonan untuk orang tua, pelaksanaanya pada hari ahad di dukuh Tegalharja, Desa Warungpring, Kecamatan Warungpring, Kab Pemalang.
Syekh Abdul Karim disebut sebagai salah satu di antara tiga kyai utama yang memegang peranan penting dalam pemberontakan rakyat Banten di Cilegon pada tahun 1888. Dua tokoh kunci lainnya adalah KH. Wasyid dan KH. Tubagus Ismail.
KH. Fathul Bari mendatangi Kalimantan Barat saat itu atas permintaan Sultan Syarif Abdurrahman Al-Ghotri melalui mimpi beliau. Sultan Syarif Abdurrahman Al-Ghotri merupakan pendiri kesultanan pertama kerajaan Pontianak dan juga atas permintaan H. Hasyim Yamani yang merupakan pendiri Masjid “Babussalam” dan pendiri Pondok Pesantren pertama di Kalimantan Barat yang juga diberi nama “Babussalam”.
KH. Sholihin Hamzah adalah putra ke 3 dari empat bersaudara dari pasangan Kyai Hamzah dan Nyai Kasiyatin. Dua orang kakaknya (Khasiyah dan Hj. Rohanah) adalah seorang perempuan dan seorang adiknya (K. Ahmad) adalah satu-satunya adik laki-laki yang bersama-sama beliau mengelola Yayasan Pendidikan dan Pondok Pesantren Al-Ghozaliyah dan wafat pada tahun 2004
Sejak kecil, Mahmudah belajar kepada orang tuanya di Pondok Pesantren yang kelak dikenal sebagai Pesantren Al-Masjhudiyah. Kemudian beliau belajar selama 6 tahun di Madrasah Ibtidaiyyah Sunniyah Solo, hingga tamat pada tahun 1923.