KH. Muhammad Dahlan lahir pada 2 Juni 1909 di Desa Mandaran, Rejo, Pasuruan, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari lima bersaudara, dari pasangangan Abdul Hamid dan Chamsiyah.
Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri Sipil. KH. Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro, Yogyakarta.
DR. KH. Achmad Sarkosi Subki, adalah pendiri Pesantren Mansya'ul Huda, Majalengka. DR. KH. Achmad Sarkosi Subki, dilahirkan pada tahun 1943, dari ayahanda yaitu KH. Subki dan ibunda Hj. Naerah.
KH. Munawwar As’ad, dilahirkan di desa Laju Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban pada tahun 1888M. Ayahnya bernama KH. As’ad dan ibu kandungnya bernama Hj. Akhimah. Pendiri Pesantren Mansya'ul Huda, Tuban
Setelah selesai melakukan belajar ilmu agama selama belasan tahun di beberapa pesantren, kemudian beliau diminta untuk membantu mengajar di Pondok Pesantren salaf APIK yang diasuh oleh ayahnya
Kiai Ilyas dikenal sebagai Kyai yang santun, banyak mengalah dan lebih senang menghindari konfrontasi. Begitu pula ketika memangku jabatan Rais Aam PBNU.
KH. Mohammad Muhadjirin Amsar Ad-Dary dilahirkan di Kampung Baru, sebuah daerah di pinggir kota Jakarta pada tanggal 10 November 1924. di Kampung Baru
Pendidikan yang diberikan KH. Ma’shum Lasem kepada Kyai Ahmad Syakir ini benar-benar merupakan tempaan yang kuat, agar kelak beliau mampu melanjutkan perjuangan ayahandanya ketika sudah dewasa.
KH. R. Muhammad, beliau adalah putra dari KH. Mahfudz At-Tarmasi, seorang ulama’ Jawa yang aktif dalam percaturan pemikiran ulama-ulama Timur Tengah pada abad ke-18 M, dan Muslimah, ibunya yang berasal dari Demak.
Fatimah Al-Fihri mempunyai saudara perempuan yang bernama Maryam. Kakak-beradik ini memperoleh pendidikan mumpuni. Mereka berdua tumbuh dalam lingkungan cinta ilmu, mencintai ilmu-ilmu keagamaan dan juga ilmu umum atau sains, khususnya arsitektur dan bangunan.