Syekh Abdul Ghani Al-Bimawi Al-Jawi lahir pada akhir abad ke-18, diperkirakan tahun 1780 M. Kelak, beliau tercatat sebagai ulama besar di bumi Nusantara. Ayahnya, Syekh Subuh, diangkat oleh penguasa Bima, yaitu Sultan Auluddin Muhammad Syah (1731-1743).
Syekh Abdul Hamid merupakan ulama yang dalam berbagai tulisan di media online dikaitkan dengan Kudus, Jawa Tengah. Sampai saat ini belum ditemukan bukti valid mengenai darah Kudus yang selalu melekat pada diri Syekh Abdul Hamid.
Abdurrahim Izuddin dalam buku Mbah Jabbar: Leluhur dan Dzuriyyahnya (2009) menyatakan bahwa Mbah Jabbar atau Syekh Abdul Jabbar nama aslinya adalah Pangeran Kusumoyudo.
Syekh Abdul Karim disebut sebagai salah satu di antara tiga kyai utama yang memegang peranan penting dalam pemberontakan rakyat Banten di Cilegon pada tahun 1888. Dua tokoh kunci lainnya adalah KH. Wasyid dan KH. Tubagus Ismail.
Berkat keluasan dan kedalaman ilmunya, Syekh Abdul Malik pernah memperoleh dua anugrah yakni pernah diangkat menjadi Wakil Mufti Madzab Syafi’i di Makkah dan juga diberi kesempatan untuk mengajar.
Syekh Abdul Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi adalah ulama NU
Syekh Abdul Muhyi dilahirkan tahun 1650 di Mataram. Mataram di sini ada yang menyebut di Lombok, tetapi ada juga yang menyebut Kerajaan Mataram Islam. Ayahnya bernama Sembah Lebe Wartakusumah, bangsawan Sunda keturunan Raja Galuh Pajajaran yang saat itu bagian dari Kerajaan Mataram Jawa.
Beliau ialah Syeikh Abdul Qadir bin Abdillah bin Qasim bin Muhammad bin Isa Azizy Al-Halabi As-Syazili. Nasabnya bersambung kepada Syeikh Umar Al-Ba’aj yang masih keturunan Imam Husein RA.
Syekh Abdul Wahab juga memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan Islam di Tanah Banjar, mengingat kedudukan dan figur Syekh Abdul Wahab sebagai seorang ulama yang dikenal alim dan sekian lama menuntut ilmu di Mesir dan daerah Timur Tengah.