Kenapa tidak sekolah karena ada beberapa seragam yang tidak lengkap, takut dihukum oleh guru
Santri Goes To Papua selain mengajarkan pada anak-anak suku Kokoda ilmu agama Islam juga dibekali kesenian Rebana, rencana kegiatan ini akan dilakukan setiap malam Rabu, selain membumikan sholawat di tanah Papua
Namanya Imran. Namun, ia biasa dipanggil dengan Nabari. Ketika saya tanya kenapa dipanggil dengan Nabari bisa menjadi Tauladan teman sebaya
Gus Syauqi berterima kasih dan menyatakan sangat tertarik sekali dalam program ini. “Inisiasi ini dapat disinkronkan dengan inisiasi dari pesantren Tanara, yaitu Santri Millenial Centre (SiMaC
Beberapa orang tua nampak meneteskan air mata ketika menyaksikan Ajam Paus Paus dan Irwan Tofir sedang berpuisi. Lewat layar laptop, mereka dengan khusyuk menyimak rekaman video Ajam dan Irwan yang sedang pentas di Simpang Lima, Semarang
Dua santri dari Program Santri Goes To Papua mendapat kesempatan yang langka karena bisa bertemu dan berdialog langsung dengan orang nomor satu di Jawa Tengah tidak lain adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Banyaknya permintaan Ustadz dari Jawa untuk berdakwah di Papua membuat program Santri Goes To Papua disambut hangat oleh masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat Papua karena sangat membantu untuk mecerdaskan anak-anak asli Papua dalam Ilmu Agama Islam.
Rangkaian kegiatan mereka, jelas merupakan sebuah upaya belajar dalam memecahkan beragam permasalahan yang dihadapinya (complex problem solving) dalam lingkungan yang baru dan benar-benar mandiri.
Rencana Program Santri Goes to Papua ke depan bisa berjalan dengan baik dan bisa menghasilkan ustadz-ustadz asli Papua yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah
Sudah sejak tanggal 6 Juli 2019, bapak Hamzah Edoba dan bapak Ekan Tofir meninggalkan kampung halamannya, yakni Papua, menuju Jawa.