Menurut Al-Maghfurloh Habib Mundzir Al-Musawwa, penyebar Islam pertama kali di Papua adalah seorang da'i dari Yaman. Hal ini berbeda dengan cerita yang saya dengar dari masyarakat suku Kokoda di Kurwato ini
Ada empat yang saya balas. Sisanya saya diamkan. Mereka yang saya balas, ada yang bilang sangat siap dan tertarik, tapi tak punya kendaraan untuk menuju lokasi mengajar.
Beberapa hari yang lalu, secara tak sengaja, saya mengetahui kalau di Sorong ini rupanya ada jasa les private. Hal ini diluar dugaan saya.
Jangan tanya membaca, huruf saja masih lupa-lupa. Itulah kenyataan menyedihkan dari beberapa anak-anak suku Kokoda di Kurwato yang sudah bersekolah.
Mereka yang biasanya menyatakan prihatin terhadap kondisi Kokoda Maibo dan suka berdonasi, biasanya membantu pada hal-hal yang bersifat material.
Konsep ideal saya ini pun ternyata gagal untuk dipraktekkan pula. Tapi tak mengapa, kegagalan yang direnggut oleh tingginya semangat mereka dalam belajar ilmu agama rasanya tidak percuma juga. Pun, bukankah yang ideal-ideal itu hanya berada di pikiran, bukan di lapangan!??
Adalah Nini dan Janiba yang awalnya yang saya ajak untuk belajar bersama dan yang saya suruh untuk mengajak teman-teman yang lainnya. Walhasil, hampir semua bersedia.
Selain mengajarkan dakwah Islam, Santri Goes to Papua juga mengajarkan baca tulis aksara latin.
"Rona-rona kegembiraan dari anak-anak suku Kokoda di Kurwato Papua menyambut dimulainya mengaji di sore yang cerah. Ah, kalian membuatku bersemangat", kata ustadz Agus Setyabudi koordinator Santri Goes to Papua.
Santri Goes to Papua, inisiasi PPM Aswaja untuk turut membantu dakwah Islam di wilayah Sorong, Papua Barat, mulai aktif kembali, ustadz Agus Setiabudi koordinator di lokasi semoga diberikan kesehatan dan kesabaran.