Musa Al-Hadi diamanatkan menjadi khalifah pertama, sementara Harun Ar-Rasyid dipersiapkan untuk menggantikannya jika kelak diperlukan. Kebijakan ini mencerminkan keinginan khalifah Al-Mahdi untuk menjaga stabilitas politik di tengah masa-masa yang menantang.
Konferensi Asia–Afrika (KAA) berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Makam para orang suci ini berada di tengah belantara hutan jati di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. Tepatnya di petak 76 kawasan Gunung Gamping, ya kini secara administratif dikelola Perhutani Banyuwangi Selatan.
KH. Idham Chalid, lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan. Beliau adalah anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya H. Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai, Hulu Sungai Utara, sekitar 200 km dari Banjarmasin.
Pada masa pemerintahan Al-Mahdi, perlu kita ketahui bahwa pemerintahan Abbasiyah pada masa itu tidak hanya menitikberatkan urusan Negara pada ekspansi ke wilayah asia kecil dan administrasi Negara saja, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kemurnian agama islam.
Setelah generasi-generasi saleh berlalu, terjadi sejumlah hal yang pada akhirnya memicu manusia yang ada pada saat itu menyembah berhala.
Ketika Pangeran Diponegoro tertangkap dan akan dibawa oleh pasukan Belanda, beliau mendapat kesempatan untuk membisikkan sebuah pesan kepada Kyai Badrudin untuk segera menanam pohon sawo, yang lalu pesan ini diteruskan kepada kyai-kyai lainnya.
Sunan Giri atau Raden Paku lahir pada tahun 1412 M. Beliau memerintah kerajaan Giri kurang leih 20 tahun. Sewaktu memerintah Giri Kedaton beliau bergelar Prabu Satmata pengaruh Sunan Giri sangatlah besar terhadap kerajaan islam di Jawa maupun luar Jawa
Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf atau Habib Syaikhon Assegaf Pasuruan (1881-1955), merupakan Ulama besar ahli Qur'an sekaligus waliyulloh asal Hadramaut yang berdakwah di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau merupakan guru dari Waliyulloh Mbah Hamid Pasuruan
Pada kisaran tahun 1960-an, terdapat enam pemuda yang memiliki kecintaan mendalam terhadap makam para auliya’ (wali Allah), yang berziarah dari satu makam ke makam lainnya. Di antara mereka adalah Gus Dur, Gus Miek, Burhan Demak, Hambali Lasem, Shobib Jepara, dan saya sendiri," tutur Mbah Kyai Abu Bakar dengan penuh kenangan di teras Mushola Pondok Pesantren Tarbiyatul Wathon.