Beliau adalah salah satu pejuang yang berjiwa nasionalis Indonesia sejati. Ketika Indonesia diserang oleh Belanda, beliaulah yang ditugasi menyelamatkan bendera pusaka Indonesia.
Perang perbatasana antara Bizantium dengan kekhalifahan Abbasiyah masih terus berlanjut dari tahun 777 sampai tahun779 Masehi. Kedua belah pihak masih sibuk dengan saling menyerang satu sama lain, sayangnya pasukan Abbasiyah mengalami kekalahan pada periode tersebut. Dalam periode waktu tahun 780 Masehi kekhalifahan Abbasiyah menerima kabar bahwa Kaisar Leo IV telah meninggal dunia.
Banyak prajurit dari negara sekutu memberikan kesaksian terhadap perjuangan prajurit dalam merebut dan mempertahankan Indonesia. Mereka bersaksi bahwa pejuang Indonesia adalah musuh yang sangat sulit untuk dihadapi, para pejuang Indonesia lebih baik mati terhormat dari pada hidup dalam penghianatan.
Di sini terjadi perdebatan sengit antara Kiai As’ad dan pihak Jepang. Pihak Jepang ngotot bertahan, karena mengaku panglimanya sudah mengadakan pembicaraan dengan Soekarno.
Dari sanalah tercipta lagu Hari Merdeka yang kita kenal saat ini, yang dikumandangkan oleh seluruh rakyat Indonesia sepanjang masa. Lagu yang menyiratkan semangat ini tercipta dari inspirasi dzurriyyah Rasul, yang mungkin bisa juga dimaknai sebagai penanda ridhonya Rasulullah pada bangsa Indonesia.
KH. Mahrus Aly atau yang akrab disapa Mbah Mahrus Lirboyo dikenal sebagai ulama pejuang yang pemberani. Beliau termasuk salah satu ulama yang ikut serta dalam Pertempuran 10 November 1945 melawan tentara sekutu di Surabaya.
Saking cintanya kepada Indonesia, sebagai buktinya, Guru Tua menciptakan syair-syair indah menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tahun 779-780 Masehi menjadi periode krusial dalam sejarah kekhalifahan Abbasiyah pada masa khalifah Al-Mahdi, terutama terkait upaya pemberantasan gerakan Al-Muqanna yang menantang otoritas pusat.
Tahukah kalian bahwa pada malam menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, suasana berbeda dari biasanya. Di tengah ketegangan yang meliputi ibu kota, para tokoh bangsa yang sedang merumuskan teks proklamasi tidak sempat menikmati makan sahur seperti halnya umat Islam yang menjalankan puasa.
Sayyidah Fatimah binti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lahir pada hari Jum'at 20 Jumadil Akhirah lima tahun sebelum masa kenabian