Pada awal abad ke-18, seorang Italia bernama Francesco Procopio Dei Coltelli membuka sebuah kedai kopi bernama Le Procope di Paris. Kedai kopi ini tidak hanya menjadi tempat menikmati minuman panas, tetapi juga menjadi pusat pertemuan sosial yang penting.
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi (1870-1968), akrab disebut Habib Ali Kwitang, adalah ulama’ besar di Jakarta yang sangat akrab dengan para kiai NU.
Sebuah ukiran indah menampilkan sosok seorang ibu berkebaya terpampang megah pada monumen peringatan di Cowra. Dalam ukiran tersebut, terlihat seorang ibu sedang menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang. Sosok ibu ini menimbulkan pertanyaan di benak banyak orang: siapakah beliau sebenarnya?
NU juga mempunyai kedekatan hubungan dengan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Pada Muktamar Alim Ulama se-Indonesia tahun 1953 di Cipanas, diputuskan untuk memberi gelar kepada Soekarno sebagai Waliyul Amri Dharuriy bis-Syawkah (Pemimpin Pemerintahan yang berkuasa dan wajib ditaati).
Tahun 720 Masehi merupakan tahun kesedihan (seharusnya) bagi Bani Umayyah. Seorang yang zuhud dan bijaksana telah meninggal dunia, beliau adalah Umar bin Abdul Aziz (Umar II). Masa beliau penuh dengan kemakmuran, bahkan pergerakan dari para Khawarij dan Syi’ah mampu beliau kendalikan.
Foto yang terpampang di atas merupakan potret langka yang menggambarkan momen bersejarah ketika Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Romo KH. Mahrus Aly, bertemu dengan Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. H. Soekarno, serta Rais Aam PBNU, KH. Achmad Shiddiq.
Menteri Agama, KH. A. Wahid Hasyim (ayahanda Gus Dur), sedang memimpin shalat Idul Fitri 1 Syawal 1369 H/17 Juli 1950 di Lapangan Banteng, Jakarta. Tampak di belakangnya Moh. Natsir, Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta serta pejabat Negeri kala itu.
Dalam sejarah yang jarang diketahui publik,ada seorang perempuan Muslim hebat mendirikan universitas pertama di dunia. Memang tidak ada sumber popular di luar buku-buku sejarah akademik, mengenai zaman keemasan peradaban Islam
Imam Al-Bukhari menempuh perjalanan panjang dalam mencari hadits, menjelajahi sebagian besar pusat peradaban Islam. Beliau melakukan perjalanan sekitar 13.900 kilometer pulang-pergi, dengan tekad yang kuat untuk mengumpulkan dan memverifikasi hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalam berkembangnya Islam di Abad ke-7 rata-rata dilakukan dengan cara ekspansi ke wilayah-wilayah lain. Dalam setiap ekspansi kita sering kali mendengar bahwa Islam memberikan 3 pilihan kepada orang-orang di wilayah itu. Pertama, memeluk agama Islam dan tunduk di bawah kekuasaannya. Kedua, tetap memeluk agama yang dipercaya, tetapi membayar Jizyah. Ketiga, diperangi.