Pihak Quraisy, melanggar ketentuan perjanjian dengan melakukan tindakan yang merugikan kaum Muslim. Kejadian ini menandai awal dari ketegangan yang semakin meningkat antara kedua belah pihak, memperumit dinamika hubungan antara Makkah dan umat Islam.
Kisah pengorbanan para sahabat memang tiada habisnya. Dari Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali juga para sahabat yang lain. Mereka tak pernah memperhitungkan kerugian yang akan dihadapi, bahkan kehilangan nyawapun tak jadi masalah.
Dalam Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri menulis bahwa Perang Badar terjadi di tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Kala itu, pasukan Muslim yang berjumlah 313 orang harus menghadapi sekitar 1000 pasukan Quraisy dengan persenjataan lengkap.
Dalam sebuah catatan, para pelaut Jawa dari masa lampau dijuluki sebagai ahli navigasi yang ulung. Mereka dianggap sebagai pionir dalam seni navigasi tertua, meskipun banyak yang berpendapat bahwa orang Cina sebenarnya lebih berhak atas gelar tersebut, serta menyatakan bahwa pengetahuan ini diturunkan dari mereka kepada orang Jawa.
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 Masehi. Perang Badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan.
Hamzah ibn Abdul Muthalib sahabat Nabi dari suku Quraisy. Ayahnya adalah Abdul Muthalib ibn Hasyim ibn Abdu Manaf ibn Qushay; ibunya bernama Halah bint Wahab yang bersaudara dengan Shafiyah bint Abdul Muthalib, ibunda Zubair ibn Awam
"Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 249)
Sebagai utusan yang Allah SWT utus untuk memperbaiki hubungan antar manusia, Rasulullah SAW selalu mengedepankan kelembutan dan tata cara yang baik dalam upaya dakwahnya.
Ketika membaca ulasan Ibn Manzhur bahwa bentuk tunggal dari Sababijah adalah Sabaj, akan langsung timbul dugaan bahwa Sababijah ini adalah orang yang dua abad berikutnya dikenal oleh orang Arab sebagai Zabaj.
Sebagaimana yang diharapkan tersebut, Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani wafat pada hari Jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 H atau bertepatan pada tanggal 30 Oktober 2004 M. Beliau wafat di kamarnya yang penuh dengan kitab-kitab dan ditunggui oleh para santrinya.