Ada berbagai alasan mengapa kematian harus disikapi dengan acara ritual
Namanya tak seterang Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri dan muassis NU lainnya, namun beliau memiliki peran yang tak kalah penting dalam berdirinya NU pada 1926 silam
Tidak ada yang tidak mengetahui tentang Bi’ru Thoifur “Sumur Thoifur”, sumur yang terletak di Ma’had Rushaifah, Makkah ini merupakan salah satu karomah dari ulama Nusantara yang saat itu masih menimba ilmu kepada Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki
Dalam perkembangan awal (Abad ke-8 konsep awal tauhid), konsepsi tauhid menekankan ke-Esa-an Dzat Allah
Bung Karno akhirnya mengutus Sultan Hamid Al Qodri II sebagai Ketua perancangnya..
Sejak zaman penjajahan ditemui adanya kiai yang bisa "berdekatan" dengan penjajah demi strategi, tapi juga ada yang sama sekali menjauh baik secara fisik (pindah ke desa terpencil) maupun secara ideologis (label haram semisal tasyabbuh).
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari merupakan ulama besar ahli hadits yang sangat tersohor di masanya. Sebagai pendiri NU, beliau (KH. Hasyim Asy’ari) tentunya mempunyai kapasitas ilmu yang tak perlu diragukan. Beliau memiliki gelar “Hadratussyekh”, gelar yang tidak sembarang ulama bisa miliki
Namun, terlepas dari itu semua makam Presiden Soekarno tidak pernah sepi dari para peziarah yang ingin mendoakan beliau dan mendapat keberkahan dari Sang Proklamator. Hal tersebut bisa terjadi karena ada fakta yang mungkin banyak orang belum mengetahuinya
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda yang saat itu diboncengi oleh sekutu berniat untuk mengambil kembali Indonesia. Saat itulah KA. Adoellah Nawawi memiliki peran sentral dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, di usia 24 tahun beliau telah menjadi komandan Kompi II Divisi Timur Front Perlawanan Hizbullah
Di kota Mekah ia bermukim di kediaman Syeikh Isa Palembang yang telah menjadi penduduk tetap kota Mekah dan belajar berbagai disiplin ilmu agama dari sejumlah ulama besar yang mengajar di sana.