Dalam Konbes Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang dihelat di Kaliurang, Yogyakarta pada 14-17 Maret 1960 itu, mereka bersepakat untuk mendirikan satu organisasi khusus yang menaungi gagasan dan gerakan para mahasiswa NU.
Terbayang kerennya sebuah moment! Kiai besar dengan gagah riding Harley-Davidson mengunjungi santri-santrinya. Atau turing untuk hadir dalam pertemuan penting Nahdlatul Ulama di bebuka abad 20.
Tulisan ini berisi tentang surat dari Syeikhona Kholil pada putrinya yakni Nyai Hatimah. Ada banyak catatan, doa, amalan dan hikmah yang bisa diambil dari surat ini.
Saya bukan warga NU. Namun bagi saya NU ( 1926), Muhammadiyah ( 1912), PII (1947), HMI (1947), IMM (1964) dan FPI (1998) adalah saudara saya seiman (ukwah Islamiyah).
Pelaksanaan Muktamar ke-22 Nahdlatul Ulama di Jakarta pada 13 - 17 Desember 1959, dapat dikatakan memiliki hutang budi yang cukup besar kepada para warga Nahdliyin di Kabupaten Banyuwangi.
Kalau orang Tasik bilang mau ke Hazet, semua sudah mafhum, yang dimaksud adalah jalan KH. Zainal Musthafa. Jalan paling ramai di Kota Tasikmalaya, pusat pertokoan dan perbelanjaan. Sebuah tugu bertuliskan lafaz الله اكبر menjadi gerbang memasuki kota dari arah Garut, diberi nama Tugu KH Zainal Musthafa.
Tak lama setelah misi tidak percaya Parlemen bentukan Nasution di tahun 1967 dan MPRS menunjuk Soeharto sebagai Presiden RI, Bung Karno menerima surat untuk segera meninggalkan Istana dalam waktu 2 X 24 Jam.
Bagi orang Jakarta, terutama kalangan Nahdliyin, pasti mengenal Habib Ali Kwitang. Beliau merupakan habib yang sangat masyhur di Jakarta, dan merupakan habib yang berakhlak mulia dan baik.
Di hari lahir NU yang ke-94 ini, saya ingin mengenang seorang pejuang NU asal Kalisat, Jember, Jawa Timur. Beliau lahir di Desa Bragung, Guluk-guluk, Sumenep. Nama lahir beliau adalah Musikan, dari ayah bernama Abdul Hamid (Kiai Judhi) dan ibu bernama Mulani (Nyai Judhi). Kelak setelah naik haji beliau berganti nama menjadi Haji Baihaqi.
Nama besar Kiai Aji Gunung Sampang, terkait erat dengan tiga santri pamungkasnya. Yaitu Kiai Agung Raba (Pademawu, Pamekasan), Kiai Abdul Allam (Prajjan, Sampang), dan Kiai Abdul Jabbar, atau yang dikenal dengan sebutan Kiai Napo atau Buju’ Napo (Omben, Sampang).