Sejarah

 

66 Tahun Silam, Hari Duka Nahdliyin dan Rakyat Indonesia

Ini catatan sejarah saat kaum Nahdliyin dan seluruh rakyat Indonesia berduka 66 tahun silam. Kenapa?

Pemilu 1955, Lapunu Jadi Mesin Politik NU

Pernah mendengar Lapunu? Begini ternyata faktanya...

Pendiri NU Itu Banyak, Bukan Hanya Tiga Kiai

Pendiri NU itu bukan hanya tiga kiai yang biasa kita kenal belakangan ini, tapi banyak orang. Siapa saja itu?

Tak Banyak yang Tahu, Inilah 50 Fakta Hugo Chaves dan Revolusi Bolivarian

Tidak banyak orang yang tahu tentang 50 fakta mengejutkan ini. Apa saja itu?

Sejarah Kelam Kekhilafahan, Tambahan untuk Postingan Mbah Arasy

Sejarah juga mencatat dengan air mata dan darah bagaimana cucu Rasulullah dibunuh secara tragis. Begini kisahnya...

Kekacawan Zaman Khilafah, Jawaban untuk Kwik Kian Gie

Kwik Kian Gie menanyakan apakah ada kekacauan pada jaman Khilafah? Ini jawabannya...

Syair Mustika Bumi, Bekal Pemilu Warga NU Karya Kiai Shoimuri Blora

Nahdlatul Ulama berdasarkan hasil muktamarnya di Palembang 1952, memutuskan keluar dari Masyumi. Menjadi partai politik tersendiri. Dengan kepemimpinan dari KH. Abdul Wahab chasbullah dan KH. Idham Chalid berhasil membawa NU menjadi partai papan atas.

Kuta Glee Batee Iliek #2: Syekh Abdurrahim Punggawa Benteng Kokoh Samalanga

Maka pada 18 Juni 1880 oleh pimpinan tentara Belanda di Kutaradja dikirimlah tambahan pasukannya dan Major van Steenvelt. Sejak itu, berlaku kembali pertempuran-pertempuran di sekitar Kuta Glee dengan mengalami kekalahan-kekalahan besar di pihak Belanda

Kitab Al Anwaarul Bahiyyah #3: Kisah Menakjubkan di Langit Pertama, Apa Kejadiannya?

Perjalanan Rasulullah selanjutnya baginda nabi bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untuk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab

Syekh Abdul Wahab Rokan Sang Ulama Pelopor Tarekat Naqsyabandiah

 Tuan Syekh Abdul Wahab pertama kali mendapat pendidikan Quran langsung dari ayahnya. Setelah ayahnya wafat, ia belajar kepada Tuanku Muhammad Shaleh Tambusai dan Tuanku Haji Abdul Halim Tambusai dan Syekh Muhammad Yusuf di Semenanjung Melayu selama dua tahun