Kenyataan ini menunjukkan bahwa dayah-dayah pada masa ini tidak hanya mendidik para murid mereka dalam masalah agama –dalam wilayah yang terbatas-, tetapi juga menyediakan tawaran ilmu pengetahuan lainnya yang dapat menjadikan seseorang mampu mengatur Negara dalam berbagai kapasitas.
Menurut A. Hasjmy, sejarawan lokal terkemuka, setelah Kerajaan Islam Peureulak pertama kali berdiri pada bulan Muharram tahun 225 H. (840 M.), sultan mendirikan beberapa lembaga pendidikan Islam.
Meskipun C. Snouck Hurgronje mengatakan deah (dayah) dan rangkang beberapa kali dalam The Atjehnese-nya, dia tidak membicarakannya secara komprehensif atau memberikan kontribusi yang berarti bagi pemahaman kita mengenai lembaga tersebut.
Pada gilirannya, kejadian ini menunjukkan bahwa kata zawiyah, yang sangat banyak dipakai di Jazirah Arab, kemudian diperkenalkan ke Aceh melalui hubungan tersebut. Kendatipun, dayah dianggap sama dengan pesantren di Jawa dan surau di Sumatera Barat, namun ketiga lembaga pendidikan tersebut tidaklah persis sama, setidak-tidaknya latar belakang historisnya.
Samalanga dan Batee Iliek #13: Tgk Nyak Muda Ali Kobaran Semangat Jihad Menggebu
Vander Heijden #12: Jihad Tgk Nyak Muda Ali Vs Vander Heijden
Samalanga dan Batee Iliek #11: Takluknya Benteng Pertahanan Aceh
Samalanga dan Batee Iliek #10: Karamah Teungku Ramieleé dSamalanga dan Batee Iliek #10: Karamah Teungku Ramieleé di Mata masyarakatt
Samalanga dan Batee Iliek #9: Kota Pusat Pendidikan
Samalanga dan Batee Iliek #8: Suri Tauladan Teungku Nyak Muda Ali Dalam Keseharian