Pada masa kini, kita sering melihat masjid hanya dimanfaatkan sebagai tempat untuk beribadah semata. Meski ada sejumlah pesantren yang juga menggunakan masjidnya untuk kegiatan belajar mengajar. Namun, tahukah kalian? Bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya di era khalifah Harun Ar-Rasyid, masjid memiliki peran yang jauh lebih luas.
Sepak terjang santri dalam melawan penjajah dapat dilihat dari perannya dalam mengkader tentara Gurkha, yang saat itu mengikuti pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945.
Melihat kyai Choliq Hasyim dalam poto terlihat besar dan tinggi orangnya. Sosok Kyai Choliq Hasyim yang kita kenal sebagai salah satu putra Hadratussyaikh KH. M. Hasyim, pernah menjadi Pengasuh Tebuireng, pendiri partai AKUI, pejuang kemerdekaan, anggota PETA, BKR-TKR- TRI-TNI dan lain-lainnya.
Dalam sebuah cerita yang ada dalam buku berjudul “Petuah Bijak dan Kisah Inspiratif Ulama Salaf Nusantara”, Gus Yusuf mengisahkan bagaimana kiai memberikan peringatan kepada santrinya supaya tidak melakukan pelanggaran dan menjadi pribadi yang baik.
Dinasti Aghlabiyah membuat wilayah mereka menjadi salah satu wilayah terkaya yang ada di Afrika Utara dengan mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan. Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Mediteranialah yang membantu perkembangan sektor ekonomi mereka.
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau yang populer dengan panggilan Habib Ali Kwitang (1870–1968) adalah salah seorang ulama kharismatik yang sangat dihormati dan disegani. Beliau juga seorang penulis produktif, penceramah hebat, pendidik handal, tokoh dermawan, dan seorang sayyid atau syarif (keturunan Nabi Muhammad) yang sangat alim dan saleh.
Tanggal 5 Oktober 1945 diperingati sebagai Hari Lahir TNI. Tanggal tersebut adalah awal baru sejarah terbentuknya jaringan santri dan tentara nasionalis, yang dimulai dari kemunculan basis kaderisasi kemiliteran di Jawa Timur.
Fatwa Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh PBNU menjadi titik tolak perjuangan para kyai dan juga santri-santrinya.
Jam’iyyah Hadrah ini didirikan oleh KH. Abdurrokhim bin Abdul Hadi di Pasuruan sekitar tahun 1918. Beliau wafat pada bulan Dzulqo’dah tahun 1370 H atau sekitar tahun 1952 M dan dimakamkan di Pemakaman Masjid Jami’ Al-Anwar, Pasuruan.
Pada abad ke-8, di bawah pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Harum Ar-Rasyid, Baghdad menjadi salah satu pusat perdagangan terpenting di dunia. Pedagang dari Tiongkok, India, Afrika, hingga Eropa singgah di kota ini, sehingga menjadikan Baghdad sebagai tempat pertemuan budaya yang beragam.