Menurut para ahli sejarah, Tasawuf dalam islam lahir sekitar abad ke-2 atau di awal abad ke-3 Hijriyah. Tasawuf dapat diistilakan sebagai ajaran mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan usaha mensucikan hati untuk memperoleh kebahagian abadi. Sedangkan orang-orang yang mendalami ilmu tasawuf dikenal dengan istilah sufi.
Kaidah utama kaum sufi justru taat kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Seperti dijelaskan oleh imam al-Junaid: ‘Tariqah kami, yakni tariqah ahli tasawuf itu selalu terikat dengan aturan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Barangsiapa yang tidak mengamalkan Al-Qur’an dan tidak menjaga Al-Sunnah dengan memahami isinya maka tariqahnya tidak sah untuk diikuti’
Ilmu ada dua macam yaitu, ilmu yang ada dalam qolbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu Hujjah atau hukum.
Suluk secara harfiah adalah menempuh jalan, yang berarti menempuh jalan spiritual untuk menuju Allah SWT. Seseorang yang melaksanakan suluk dinamakan salik
Sulthanul Auliya' As-Syaikh Asy-Syarif Abdul Qadir Al-Jaelani Al-Hasani Qs di dalam kitab Sir al-Asrar menguraikan makna TASAWUF dari huruf-hurufnya
Bila berbicara masalah sejarah perkembangan tasawuf dalarn Islam, maka sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan tasawuf itu sama dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri
Sebelum menginjak usia 15 tahun, saat itu Al-Ghazali sudah menguasai bahasa dan tata bahasa Arab, Al-Quran, hadis, fiqih, serta aspek-aspek pemikiran dan puisi sufi.
Sebelum menginjak usia 15 tahun, saat itu Al-Ghazali sudah menguasai bahasa dan tata bahasa Arab, Al-Quran, hadis, fiqih, serta aspek-aspek pemikiran dan puisi sufi.
Ketika Syekh Junaid mendekati Bahlul, dia melihat Bahlul sedang gelisah sambil menyandarkan kepalanya ke tembok batu. Syekh Junaid memberi salam kepadanya dan beliau menjawab seraya bertanya semula, "Siapakah engkau?"