Habib Luthfi mengatakan bahwa: tasawuf adalah pembersih hati. Dan tasawuf itu ada tingkatan-tingkatannya. Yang terpenting, bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri. Semisal memakai baju dengan tangan kanan dahulu, lalu melepaskannya dengan tangan kiri.
Imam Ghazali bercerita, ada seorang Nabi di jaman dulu yang diberi tugas hanya untuk beribadah saja di satu gunung. Dari gunung itu, dia melihat satu peristiwa yang mengherankan.
Beban-beban syariat (taklif) tidaklah berhubungan kecuali dengan perbuatan-perbuatan yang diusahakan dengan sendirinya ataupun dengan sebab-sebabnya.
Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian Kedua yang ditulis sebelumnya (klik DI SINI), karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, berisi tentang “Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah”. Selamat membaca.
Tulisan ini adalah kelanjutan isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian Kedua, karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, berisi tentang “Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah”. Selamat membaca.
Tulisan ini adalah isi dari kitab Syajaratul Ma’arif Bagian Kedua, karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, berisi tentang “Tata Cara Berakhlak dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah”. Selamat membaca.
Tulisan ini adalah penjelasan tentang kitab Syajaratul Ma’arif karangan Syaikh Al-‘Izz bin Abdus Salam, yang berkaitan dengan tema “Berakhlak dengan Sifat-Sifat Sang Maha Rahman Sesuai dengan Kemampuan”.
Secara khusus, dalam bagian ini dibahas mengenai Tauhid. Selamat membaca.
Tidaklah pantas seseorang mendapatkan perwalian dari Yang Mahaagung, jika dia tidak berperilaku sesuai dengan adab-adab Al-Qur‘an dan tidak berakhlak dengan sifat-sifat Sang Maha Rahman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Penulis bernama Imam ‘Alam Sultan Ulama Abdul Aziz bin Abdus Salam bin Abdul Qasim bin Hasan bin Muhammad Al-Muhadzdzab Ad-Dimasyqi Asy-Syafii, yang dikenal dengan sebutan Al-‘Izz bin Abdus Salam.