Fasal ini membahas tentang perkara suci yang berasal dari najis dari kitab Safinatun Naja disertai dengan Penjelasan (Syarah) dari kitab Kasyifatus Saja Karangan Imam Nawawi Al Bantani.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Sempurna, yang memiliki sifat-sifat yang tiada tara. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang dimuliakan oleh Allah dengan berbagai mukjizat yang menakjubkan.
Iman kepada Allah berarti meyakini sepenuhnya bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan Maha Tunggal. Tidak ada makhluk atau entitas yang bisa menyamai-Nya, dan Allah adalah tempat bergantung bagi setiap hamba-Nya.
Iman ini berakar pada keyakinan yang kokoh bahwa Allah akan membangkitkan semua orang yang telah meninggal, terlepas dari bagaimana mereka meninggal—apakah dikuburkan di tanah, tenggelam di lautan, atau mengalami kematian dalam keadaan lainnya.
Imam Sahal berpendapat bahwa salah satu tanda kecintaan kepada Allah adalah kecintaan kepada Al-Qur'an. Kecintaan kepada Allah dan Al-Qur'an juga tercermin dalam kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw ditunjukkan dengan mencintai sunnah (hadis).
Rasulullah Saw. bersabda: “Seseorang di antara kamu sekalian tidak beriman hingga aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, hartanya, anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.” Yang dimaksud dengan “manusia” di sini mencakup semua orang selain yang telah disebutkan sebelumnya, seperti kerabat, kenalan, tetangga, sahabat, dan lain-lain.
Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Tanda iman adalah salat. Barang siapa yang hatinya merasa lega dan tentram karena telah melaksanakan salat dan senantiasa menjaga batasan-batasan salat, maka ia adalah seorang mukmin."
I'tikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan berdiam di masjid dengan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah ini sangat dianjurkan dan dapat dilakukan kapan saja, meskipun pada waktu-waktu yang dianggap makruh untuk melaksanakan salat tanpa sebab yang jelas.
Rasulullah Saw. menyampaikan bahwa mereka yang meninggal saat bertahan dalam membentengi kaum Muslim dari ancaman musuh, akan diberikan perlindungan dari keterkejutan yang besar—maksudnya, mereka akan terbebas dari perintah masuk ke dalam neraka.
Memerdekakan budak, dalam pandangan Islam, bukan hanya soal mengubah status sosial seseorang dari seorang budak menjadi seorang yang merdeka. Konsep ini lebih dalam, karena mencakup kebebasan yang hakiki dari segala bentuk perbudakan yang mungkin terkait dengan latar belakang atau keadaan seseorang.