Nilai sebuah amal itu tidak bisa dilepaskan dari niatnya. Suatu amal akan bernilai luhur ketika niatnya baik dan benar. Jangankan amal biasa, amal yang merupakan kebaikan-kebaikan tapi tanpa disertai dengan niat, maka tidak sempurna keutamaannya.
Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai "The Mother of the Grand Master" atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Beliau juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu Al-Faridh dan Zhun Nun Al-Misri.
Di dalam kitab MAWAQI’UN NUJUM Syaikh Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan bahwa karomah adalah hasil dari ketaatan 8 anggota tubuh kepada Allah SWT yang sudah ditetapkan yaitu mata, telinga, lisan, tangan, perut, alat kelamin, kaki, dan hati.
Tasawuf mengedepankan kedisiplinan dalam beribadah, konsentrasi terhadap tujuan hidup menuju kepada Allah SWT, serta membebaskan diri dan keterikatan manusia dengan kehidupan duniawi.
Munculnya pemikiran islam dan kewajiban menuntut ilmu mendorong manusia untuk tidak hanya mengejar materi saja melainkan mempelajari ilmu rohani atau yang sering disebut dengan istilah tasawuf. Ada beberapa aliran dalam ilmu tasawuf dan salah satu diantaranya adalah tasawuf sunni.
Menurut para ahli sejarah, Tasawuf dalam islam lahir sekitar abad ke-2 atau di awal abad ke-3 Hijriyah. Tasawuf dapat diistilakan sebagai ajaran mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan usaha mensucikan hati untuk memperoleh kebahagian abadi. Sedangkan orang-orang yang mendalami ilmu tasawuf dikenal dengan istilah sufi.
Kaidah utama kaum sufi justru taat kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Seperti dijelaskan oleh imam al-Junaid: ‘Tariqah kami, yakni tariqah ahli tasawuf itu selalu terikat dengan aturan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Barangsiapa yang tidak mengamalkan Al-Qur’an dan tidak menjaga Al-Sunnah dengan memahami isinya maka tariqahnya tidak sah untuk diikuti’
Ilmu ada dua macam yaitu, ilmu yang ada dalam qolbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu Hujjah atau hukum.
Sulthanul Auliya' As-Syaikh Asy-Syarif Abdul Qadir Al-Jaelani Al-Hasani Qs di dalam kitab Sir al-Asrar menguraikan makna TASAWUF dari huruf-hurufnya
Bila berbicara masalah sejarah perkembangan tasawuf dalarn Islam, maka sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan tasawuf itu sama dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri