Kedudukan Iddah Setelah Diketahui Rahim Tak Berisi Janin

 
Kedudukan Iddah Setelah Diketahui Rahim Tak Berisi Janin

Sebelum Berakhir Masa Iddahnya, Ternyata Rahim Tidak Berisi Janin

Pertanyaan :

Apabila sebelum berakhir masa iddahnya, bahwa rahim diketahui dengan teknologi kedokteran ternyata tidak berisi janin dari mantan suaminya, bagaimana kedudukan iddahnya?.

Jawab :

Kedudukan ‘iddahnya tidak berubah sebagaimana yang telah ditentukan oleh nash syara’, walaupun rahimnya diketahui kosong dari janin, sebab tujuan ‘iddah itu bukan hanya semata-mata untuk mengetahui kekosongan rahimnya dari janin, tetapi ada unsur ta’abudnya dan rasa duka cita.  

Keterangan, dari kitab:

1. Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib [1]

لِمَعْرِفَةِ بَرَاءَةِ رَحِمِهَا أَوْ لِلتَّعَبُّدِ أَوْ لِتَفَجُّعِهَا عَلَى زَوْجِهَا وَالْمُغَلِّبُ فِيْهَا التَّعَبُّدُ بِدَلِيْلِ عَدَمِ الاكْتِفَاءِ بِقُرْءٍ وَاحِدٍ مَعَ حُصُوْلِ الْبَرَاءَةِ بِهِ وَبِدَلِيْلِ وُجُوْبِ عِدَّةِ الْوَفَاةِ وَإِنْ لَمْ يَدْخُلْ بِهَا

(‘Iddah) itu untuk mengetahui bersihnya rahim wanita (dari janin), untuk beribadah, atau untuk berbelasungkawa (atas kematian) suaminya. Dan yang dominan adalah tujuan ibadah, buktinya tidak cukup ‘iddah  hanya dengan satu masa suci antara dua haid besertaan rahim wanita sudah bisa suci dengan lewatnya masa itu, dan juga terbukti dengan kewajiban ‘iddah wafat walaupun si  suami belum menyetubuhinya.  

2. Nihayah al-Zain Syarh Qurrah al-‘Ain [2]

(تَجِبُ عِدَّةٌ لِفُرْقَةِ زَوْجٍ حَيٍّ) بِطَلاَقٍ أَوْ فَسْخٍ بِنَحْوِ عَيْبٍ أَوِ انْفِسَاخٍ بِنَحْوِ لِعَانٍ (وَطِئَ) ... (وَإِنْ تَيَقَّنَ بَرَاءَةَ رَحِمٍ) كَمَا فِي الصَّغِيْرَةِ الَّتِيْ لاَ يُمْكِنُ وَطْؤُهَا وَاْلآيِسَةِ وَكَمَا فِي الْمُعَلَّقِ طَلاَقُهَا عَلَى يَقِيْنِ الْبَرَاءَةِ فَإِذَا مَضَى عَلَيْهَا بَعْدَ وَضْعِ الْحَمْلِ سِتَّةُ أَشْهُرٍ طُلِّقَتْ وَعَلَيْهَا الْعِدَّةُ تَعَبُّدًا

‘Iddah itu wajib karena bercerai dengan suami yang masih hidup dan telah menyetubuhinya, baik perceraian karena talak, atau perusakan akad nikah disebabkan semisal adanya cacat, atau rusak karena semacam li’an, … meski telah diyakini bersihnya rahim dari janin, seperti wanita kecil yang belum mungkin disetubuhi, wanita yang telah manopaus, dan wanita yang talaknya dikaitkan atas keyakinan kebersihan rahimnya, maka setelah melahirkan dan melewati masa enam bulan wanita tersebut tertalak dan wajib ‘iddah karena murni menjalankan ajaran Allah (ta’abbudi).  

3. Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain [3]

وَهِيَ أَيِ الْعِدَّةُ شَرْعًا مُدَّةٌ تَتَرَبَّصُ فِيْهَا الْمَرْأَةُ لِمَعْرِفَةِ بَرَاءَةِ رَحِمِهَا مِنَ الْحَمْلِ أَوْ لِلتَّعَبُّدِ وَهُوَ اِصْطِلاَحًا مَا لاَ يُعْقَلُ مَعْنَاهُ عِبَادَةً كَانَ أَوْ غَيْرَهَا أَوْ لِتَفَجُّعِهَا عَلَى زَوْجٍ وَشُرِعَتْ اَصَالَةً صَوْنًا لِلنَّسَبِ عَلَى اْلاِخْتِلاَطِ

Iddah secara syar’i adalah masa penungguan oleh wanita untuk mengetahui kebersihan rahimnya atau untuk tujuan ta’abbud (beribadah), yang secara istilahi merupakan sesuatu yang  pengartiannya tidak bisa dirasionalisasikan, baik bersifat ibadah murni ataupun lainnya atau untuk berbelasungkawa atas kematian suaminya. Iddah semula disyaratkan untuk menjaga keturunan dari ketercampuran (dengan bibit dari lelaki lain).  

4. Al-Asybah wa al-Nazha’ir [4]

(ضَابِطُ) الْعِدَّةِ أَقْسَامٌ (اْلأُوْلَى) مَعْنًى مَحْضٌ وَهِيَ عِدَّةُ الْحَامِلِ (الثَّانِيّ) تَعَبُّدٌ مَحْضٌ وَهِيَ عِدَّةُ الْمُتَوَفَّى عَنْهَا زَوْجُهَا وَلَمْ يَدْخُلْ بِهَا، وَمَنْ وَقَعَ عَنْهَا الطَّلاَقُ بِيَقِيْنِ بَرَاءَةِ الرَّحْمِ وَمَوْطُؤَةُ الصَّبِيِّ الَّذِيْ لاَ يُوْلَدُ لِمِثْلِهِ وَالصَّغِيْرَةُ الَّتِيْ لاَ تَحْبَلُ قَطْعًا (الثَّالِثُ) مَا فِيْهِ اْلأَمْرَانِ وَالْمَعْنَى أَغْلَبُ وَهِيَ عِدَّةُ الْمَوْطُؤَةِ الَّتِيْ لاَ يُمْكِنُ حَبْلُهَا مِمَّنْ يُوْلَدُ لِمِثْلِهِ سَوَاءٌ كَانَتْ ذَاتَ أَقْرَاءٍ أَوْ أَشْهُرٍ فَإِنَّ مَعْنَى بَرَاءَةِ الرَّحْمِ أَغْلَبُ مِنَ التَّعَبُّدِ بِالْعَدَدِ الْمُعْتَبَرِ، (الرَّابِعُ) مَا فِيْهِ اْلأَمْرَانِ وَالتَّعَبُّدُ أَغْلَبُ وَهِيَ عِدَّةُ الْوَفَاةِ لِلْمَدْخُوْلِ بِهَا الَّتِيْ يُمْكِنُ حَبْلُهَا وَتَمْضِي أَقْرَائُهَا فِيْ أَثْنَاءِ الشَّهْرِ فَإِنَّ الْعَدَدَ الْخَاصِّ أَغْلَبُ فِيْ التَّعَبُّدِ.

Ketentuan. ‘Iddah itu beberapa macam:

  1. Murni bertujuan mengetahui bersihnya rahim, yaitu ‘iddah wanita hamil.
  2. Murni ta’abbud (ibadah), yaitu ‘iddah wanita yang mati suaminya dan belum sempat menyetubuhinya, ‘iddah wanita yang ditalak dengan keyakinan rahimnya memang sedang bersih dari kehamilan, ‘iddah wanita yang disetubuhi suami yang masih kecil dan belum produktif, dan ‘iddah wanita kecil yang belum bisa hamil sama sekali.
  3. Mempunyai dua tujuan (mengetahui bersihnya rahim dan ta’abbudi) dan yang dominan adalah tujuan pertama. Yaitu ‘iddah wanita yang mungkin hamil dari suami yang produktif. Baik ‘iddahnya dengan masa suci antara dua haid atau dengan hitungan bulan.  Sebab tujuan mengetahui bersihnya rahim lebih dominan dari nilai ta’abbuddinya dengan waktu ‘iddah yang diperhitungkan.
  4. Mempunyai dua tujuan (mengetahui bersihnya rahim dan ta’abbudi) dan yang dominan adalah tujuan kedua. Yaitu ’iddah wanita yang berkemungkinan hamil dari kematian suaminya dan masa sucinya telah lewat di tengah-tengah bulan. Sebab, hitungan khusus masa ‘iddahnya didominasi oleh nilai ta’abbudi.

      Referensi Lain : a. Mughni al-Muhtaj, Juz III, h. 383. b. Hasyiyah Qulyubi, Juz 4, h. 41. c. Fath al-Mu’in pada I’anah al-Thalibin,Juz III, h. 38 d. Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Iqna, Juz IV, h. 25. e. Tuhfah al-Muhtaj, Juz II, h. 230. f. Bughyah al-Mustarsyidin, h. 236.  

[1] Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, (Beirut: Dar al-fikr, t. th.), Jilid II, h. 173.

[2] Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nihayah al-Zain Syarh Qurrah al-‘Ain, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), h. 328.

[3]  Zainuddinal-Malibari, Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain pada I’anah al-Thalibin, (Mesir: al-Tijariyah al-Kubra, t. th.), Juz IV h.37-38.

[4] Abdurrahman al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazha’ir, (Beirut: Dar al-Fikr, t. th.), h. 268.

Sumber : Ahkamul Fuqaha no. 379 KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-28 Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Pada Tanggal 26 - 29 Rabiul Akhir 1410 H. / 25 - 28 Nopember 1989 M.