Kapan Boleh Berbohong

  1. Hadis:

    كُلُّ الْكَذِبِ يُكْتَبُ عَلَى ابْنِ آدَمَ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: الرَّجُلُ يَكْذِبُ فِي الْحَرْبِ فَإِنَّ الْحَرْبَ خُدْعَةٌ، وَالرَّجُلُ يَكْذِبُ الْمَرْأَةَ فَيُرْضِيهَا، وَالرَّجُلُ يَكْذِبُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمَا

    Artinya:
    "Setiap dusta (bohong) dicatat atas semua anak Adam (manusia) kecuali tiga: Orang berdusta dalam peperangan karena perang itu tipu daya; orang berdusta terhadap istrinya untuk menyenangkannya, dan orang yang berbohong kepada dua orang (yang bermusuhan) untuk mendamaikannya."

    Asbabul Wurud:
    Diriwayatkan oleh Ibnu Adi Dari Asma binti Yazid bahwa ia telah mendengar Rasulullah SAW berkhutbah: "Wahai manusia, apa yang mendorong kamu berturut-turut berbohong seperti tempat tidur (kasur) berturut-turut terbakar di dalam api. Ketahuilah, setiap kebohongan dicatat… dan seterusnya." Ibnu Jarir telah meriwayatkan di dalam "At Tahdzib", Al-Kharaithi di dalam "Musakhtul Akhlak"sedangkan Al-Baihaqi di dalam "As-Syu'ab." Dari jalur Syahr bin Hansyab, Dari Az Zuburqan dan Dari An Nuwas bin Sam'an, katanya Rasulullah SAW telah bersabda: "Tak usahlah bagiku melihat kamu berdesak-desak dalam kebohongan seperti berturut- turutnya kasur terbakar di dalam api. Ketahuilah setiap kebohongan itu tercatat atas anak Adam (manusia) kecuali tiga: … dan seterusnya." Sebagaimana Allah berfirman (yang artinya): "tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali yang menyuruh bersedekah, kebajikan atau kedamaian di antara manusia."(An Nisa: 114). Sababul Wurud yang lain, Dari jalur Syahr bin Hansyab sebagaimana Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir bahwa Rasulullah SAW telah mengirim pasukan. Mereka mampir dikediaman seorang laki-laki. kemudian orang itu menyerahkan seekor anak unta atau seekor kambing kepada mereka untuk disembelih. Mereka berkata: "Kurus"dan mereka tidak mau menyembelihnya. Konon orang itu mempunyai sebuah tenda di dalamnya ada seekor kambing. Mereka berkata: "Keluarkan kambing itu sehingga kami dapat tinggal didalamnya."Laki-laki itu berkata: "Aku takut kepada kambingku, jangan-jangan ia mengeluarkan racun di dalamnya, aku takut mengeluarkannya."Mereka berkata: "diri kami lebih kami senangi ketimbang kambingmu!"kemudian mereka menge-luarkan kambing itu dan mereka masuk ke dalam tenda itu. Laki-laki itu pergi, ia memberi tahukan perlakuan mereka terhadap dirinya kepada Nabi. Setelah mereka datang, Nabi memberi tahukan kepada mereka apa yang dikatakan orang laki-laki tadi. Mereka membantah: "Dia telah berdusta. Apa yang dikatakannya tidak benar."Rasulullah SAW ber-sabda: "Jika masih ada kebaikan pada seorang di antara sahabat-sahabatmu, maka boleh jadi engkau dapat meyakinkan aku."Ternyata seorang di antara mereka ada yang memberi penjelasan sebagaimana yang dikatakan orang laki-laki itu. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Kalian bersekongkol dalam kedustaan seperti kasur didalam api… dan seterusnya."

    Periwayat:
    Thabrani di dalam "Al-Kabir", Ibnu Suni didalam "’Amalu Yaumin Wa LAllah"dan oleh Al-Kharaithi di dalam "Makarimul Akhlak"Dari Nuwas bin Sam'an. As-Suyuthi menggolamgkan Hadis ini ke dalam Hadis Hassan. Menurut Al-Haitsami didalam sanadnya ada orang bernama Muhammad bin Jami' Al 'Athar seorang yang lemah (dha'if), demikian pula menurut gurunya (Al-Iraqi) sanadnya putus dan lemah.


    Hadis ini menerangkan bahwa Allah telah mengharamkan kebohongan: "Bahwasanya yang mengadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman."(An Nahl: 105). Sehubungan dengan diharam- kannya kebohongan ini, Rasulullah SAW memberikan pengecualian (itstisna), yakni tiga macam kebohongan yang dibolehkan karena darurat sebagai­mana diterangkan dalam Hadis tersebut di atas.