Saat Krisis

  1. Hadis:

    إِذَا رَأَيْتَ النَّاسَ قَدْ مَرَجَتْ عُهُوْدُهُمْ وَخَفَّتْ أَمَانَاتُهُمْ وَكَانُوْا هَكَذَا وَشَبَّكَ بَيْنَ أَنَامِلِهِ فَالْزَمْ بَيْتَكَ وَامْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَخُذْ مَا تَعْرِفُ وَدَعْ مَا تُنْكِرُ وَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ أَمْرِ نَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ أَمْرَ الْعَامَّةِ

    Artinya:
    "Jika engkau telah melihat keadaan manusia: goyah janjinya, ringan amanahnya dan keadaan mereka begini -Beliau menggerak-gerakkah ujung jarinya- maka tetaplah di rumahmu, kuasai lisanmu, lakukan yang baik dan tinggalkan yang jahat, perhatikan urusan dirimu dan tinggalkan urusan umum."

    Asbabul Wurud:
    Kata Umar bin AIKhathab; "Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Ketika Beliau membicarakan fitnah, Beliau bersabda: "Jika engkau telah melihat keadaan manusia…, dan seterusnya."

    Periwayat:
    Al-Hakim dalam ”Al-Mustadrak” Dari Amru bin Al-’Ash. Menurut Al-Hakim, Hadis ini shahih, dipeikuat oleh Adz Dzhabi. Menurut Al-Mundziri dan Al-Iraqi, sanadnya Hassan.


    Az-Zamakhsyari menjelaskan: ”Marijat” artinya kacau, goncang (krisis). Isyarat Nabi dengan jari-jari tangannya mengisyaratkan adanya kegoncangan sendi-sendi kehidupan: urusan agama sudah berbaur dengan bid’ah dan khurafat, tidak jelas mana yang jujur dan mana yang khianat maka saat itu, tinggallah di rumah masing- masing, tinggalkan manusia. dalam situasi demikian ada rukhsah (keringanan, dispensasi) untuk tidak melakukan kewajiban "amar ma’ruf nahi munkar." (Faidhul-Qadir).