Akhir Sebuah Cita-Cita

  1. Hadis:

    مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ َغِنَاهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّهِ فَرَّقَ اللَّهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يُؤْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ

    Artinya:
    "Barang siapa akhirat adalah cita-citanya Allah himpunkan kepadanya lingkup cita-citanya itu, dan Dia menjadikan kekayaannya antara kedua pelupuk matanya, menganugerahkan dunia yang dunia itu hina (rendah) dalam pandangannya. Barang siapa dunia itu cita-cita hidupnya, Allah memisahkan (menjauhkan) lingkup cita-citanya itu, dan Dia menjadikan kefakiran (kemiskinan) antara kedua pelupuk matanya, dan tidaklah Dia nugerahkan dunia kepadanya kecuali yang telah ditetapkan Allah SWT baginya."

    Asbabul Wurud:
    Sebagaimana tercantum dalam "Al-Jami'ul Kabir" Dari Ibnu Abbas: Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami di Masjid al Khaif. Beliau memuji Allah serta menyebutkan sesuatu yang berkaitan dengan keluarganya. Lalu Beliau bersabda: Barang siapa berdusta atas namaku ? dan seterusnya."

    Periwayat:
    Thabrany dalam "Al-Jami'ul Kabir" dan Abu Bakar al Khafaf dalam Mu'jamnya, serta Ibnu Najjar dalam kitab Tarikhnya Dari Ibnu Abbas R.A


    Hadis di atas menunjukkan bahwa seseorang yang menjadikan akhirat sebagai tempat tujuannya dan arah kehidupan yang hendak ditempuhnya, Allah memudahkan urusan-urusannya, serta diberi-Nya rezeki berupa perasaan puas (qana'ah) serta mengokohkan bagian dunia (yang hendak diperolehnya). Adapun seseorang yang cita-cita hidupnya adalah dunia maka sesungguhnya Allah Ta'ala memberatkan beban (kehidupan) di atas pundaknya dan senantiasa perasaannya dipenuhi oleh kefakiran seberapa banyakpun pemilikan harta (yang diperolehnya). Urusan hidup ini terletak antara dua sisi (dunia dan akhirat), padahal Allah memiliki kekuasaan untuk menetapkan serta memberi apa yang dikehendaki-Nya.