Mengingat Mati

  1. Hadis:

    أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ الْمَوْتِ فَإنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِي ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلَّا وَسَّعَهُ عَلَيْهِ وَلَا ذَكَرَهُ فِي سَعَةٍ إِلَّا ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

    Artinya:
    "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kelezatan/kenikmatan dunia, yaitu mati, karena tiada seorang pun yang mengingatnya ketika mengalami kesempitan (kesukaran) hidup melainkan ingatan itu melapangkan untuknya, dan tiada yang mengingatnya ketika menga­lami kelapangan (kesenangan) melainkan ingatan itu menyempitkan (kesenangan) itu untuknya."

    Asbabul Wurud:
    Menurut cerita Abu Hurairah, Rasulullah SAW bertemu dengan sekelompok orang-orang yang mengadakan pertemuan. (Karena suka rianya) mereka sering tertawa terbahak-bahak. Lalu Nabi SAW mengingatkan soal mati dengan menyebutkan Hadis di atas. Menurut riwayat Al-Baihaqi, Rasulullah SAW masuk ke dalam Masjid, dan Beliau perhatikan orang-orang terlalu banyak membuat keributan (kekacauan), yang menyebabkan Nabi bersabda: "Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kelezatan (kenikmatan dunia), yaitu mati.

    Periwayat:
    Ibnu Hibbah.Al-Baihaqi dalam kitab As-Syu’ab Dari Abu Hurairah R.A dalam riwayat itu terdapat ke-dhaif-an. Al-Bazar meriwayatkan Dari Anas R.A Al-Haitsami, sebagaimana juga Al-Mundziri berkata: sanadnya Hassan. Sedangkan As-Sayuthi menandai Hadis ini dengan shahih.


    Al Ghazali mengatakan dengan mengingat mati itu orang menyem­pitkan kerongkongan (mengurangi) kelezatan dunia dan melepaskan sebagian Dari kesenangan (hobby)nya, yang karena ingatan terhadap mati itu ia menerima kebenaran, Dari Allah. Mati itu memutuskan kelezatan (kesenangan).

    Hadis di atas menggunakan istilah hadzimul ladzDzat. Mereka (ahli tasauf) berkata: "Tiada ingat mati itu masuk ke dalam sebuah rumah, melainkan Allah meridhai peng­huninya yang Dia tetapkan untuk mereka. Abu Yunus berkata: "Ketahuilah, hai anak keturunan orang-orang yang akan lenyap dan mati, ketahuilah demi Allah, tiadalah mati itu untuk mengekalkan. Abu Hamzah al Khurasani berkata: "Barang siapa banyak mengingat mati akan timbul dalam dirinya perasaan menyukai setiap yang akan kekal dan menumbuhkan perasaan tidak suka terhadap setiap yang akan musnah (dunia).

    Manusia tak akan lepas Dari dua macam keadaan: sempit (susah) dan lapang (senang), nikmat dan ujian. Bila dalam sempit dan menghadapi ujian, lalu ingat mati, tentulah Dia rasakan ujian itu belum seberapa (dibanding kesulitan hidup sesudah mati). Bila sedang senang dan ingat mati, terkendalilah tipuan-tipuan (duniawi) terhadap dirinya, dan perasaan membanggakan kesenangan itu. Pendeknya suasana senang dan susah yang selalu disertai dengan mengingat mati akan mendekatkan manusia kepada Allah SWT.