Do’a Pengakuan Dosa

  1. Hadis:

    اَللَّهُمَّ إنَّكَ تَسْمَعُ كَلَامِي وَتَرَى مَكَانِي وَتَعْلَمُ سِرِّي وَعَلَانِيَّتِي لَا يَخْفَى عَلَيْكَ شَيْءٌ مِنْ أَمْرِي وَأَنَا الْبَائِسُ الْفَقِيْرُ الْمُسْتَغِيْثُ الْمُسْتَجِيْرُ الْوَجِلُ الْمُشْفِقُ الْمُقِرُّ الْمُعْتَرِفُ بِذَنْبِهِ أَسْأَلُكَ مَسْألَةَ الْمِسْكِيْنِ وَأَبْتَهِلُ إلَيْكَ اِبْتَهَالَ الْمُذْنِبِ الذَّلِيْلِ أَدْعُوْكَ دُعَاءَ الْخَائِفش الْمُضْطَرِّ مَنْ خَضَعَتْ لَكَ رَقَبَتُهُ وَفَاضَتْ لَكَ عَبْرَتُهُ وَذَلَّ لَكَ جِسْمُهُ وَرَغَمَ لَكَ أَنْفُهُ. اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي بِدُعَائِكَ شَقِيًّا وَكُنْ بِي رَؤُوْفًا رَحِيْمًا يَا خَيْرَ الْمَسْؤُوْلِيْنَ وَيَا خَيْرَ الْمُعْطِيْنَ

    Artinya:
    ”Ya Allah, sesungguhnya Engkau mendengar ucapanku, Engkau melihat tempat aku berada, Engkau mengetahui rahasiaku (yang kusembunyikan) dan yang terang terbuka Dari diriku. Tiada satupun yang tersembunyi bagi-Mu mengenai diriku. Aku adalah yang fakir, yang mengharapkan pertolongan, yang mengharapkan upah, yang takut dan ngeri, yang mengakui dan menyatakan dosanya. Aku mohon pada-Mu akan permintaan orang-orang miskin. Aku mohon kepadamu dengan permohonan sang pembuat dosa yang hina dina, Aku panjatkan Do’a seorang yang khawatir dan goncang, yang menundukkan diri kepada-Mu, yang mengalir air matanya karena-­Mu, yang tunduk kepada-Mu fisik-raganya, dan yang tunduk hidungnya kepada-Mu."

    Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku celaka karena permohonan kepada-Mu, dan jadilah Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang bagiku, wahai Tuhan, Dzat yang paling baik diminta, wahai Dzat yang paling baik memberi."

    Asbabul Wurud:
    Ibnu Abbas berkata: ”di antara Do’a Rasulullah SAW Ketika menger­jakan haji wada’, hari Ketika berada di Arafah adalah Allahumma innaka tasma’u kalaamii ? dan seterusnya bunyi Hadis di atas.

    Periwayat:
    At-Thabrani dalam kitab Al-Kabir Dari Ibnu Abbas R.A Hafizh Al ’Iraqy berkata: sanad Hadis ini dha’if, dan Dijelaskan oleh muridnya Al-Haitsami, bahwa dalam sanadnya ada seorang bernama Yahya bin Shaleh al amaly. Al ’Uqaily berkata: Terdapat orang-orang yang tak dikenal dalam sanadnya (manaakir), tetapi perawi- perawinya yang lain shahih. Demikian kata Al-Munawi.