Bahagia dan Celaka

  1. Hadis:

    أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُوْنَ لِعَمَلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُوْنَ لِعَمَلِ الشَّقَاوَةِ

    Artinya:
    "Adapun orang yang bahagia itu maka dimudahkanlah mereka melaksanakan amal yang (mendatangkan) kebahagiaan, dan adapun orang yang celaka maka dimudahkanlah mereka melaksanakan amal yang (mendatangkan) kecelakaan."

    Asbabul Wurud:
    Ali meriwayatkan: "Suatu waktu kami mengantarkan jenazah ke pekuburan Baqi’ Al-Gharqad. Setelah itu Nabi menyusul kami Beliau duduk, kami pun duduk mengitari Beliau di tangannya ada tongkat yang Beliau pergunakan untuk menggores-gores tanah. Lalu Beliau bersabda: "Tiada seorang pun di antara kalian, tiada seseorang yang dihembuskan nafas (hidup) melainkan telah ditetapkan tempatnya, apakah di dalam surga atau neraka, melainkan telah ditetapkan pula (apakah Dia ) menjadi orang bahagia atau orang celaka. Maka seorang laki-laki bertanya: "Ya Rasulullah SAW, kalau begitu apakah kita tidak bertawakkal (menyerah) saja kepada ketetapan (nasib) kita, dan kita tanggalkan saja beramal. Maka siapa di antara kita yang ditetapkan menjadi orang bahagia, tentulah Dia akan beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun yang ditakdirkan menjadi orang celaka di antara kita, tentulah Dia akan beramal dengan amalan orang yang celaka. Terhadap pendapat sahabat itu Rasulullah SAW menjelaskan (dan sekaligus meluruskan) apa yang Beliau maksudkan, seperti tersebut dalam bunyi Hadis di atas.

    Periwayat:
    Al-Bukhari Dari Amirul Mukminin Ali bin Thalib.


    Bunyi Hadis di atas sejalan dengan maksud firman Allah: ? maka Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. dan adapun orang- orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar ?” (surat al Lail 7 - 10).

    (Jadi, meskipun ada takdir, manusia tetap berusaha mengerjakan yang disuruh meninggalkan yang dilarang, karena seseorang tak berhak menyatakan "beginilah takdir saya." yang tahu persis takdir itu hanyalah Allah. Menyerah kepada takdir seperti paham sahabat tadi dicela agama, pent).