Nabi dengan Anak Yatim

  1. Hadis:

    إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ وَإنِّي اشْتَرَطْتُ عَلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَيُّ عَبْدٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ شَتَمْتُهُ أَوْ سَبَبْتُهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ لَهُ زَكَاةً وَأَجْرًا

    Artinya:
    Sesungguhnya saya ini hanyalah manusia biasa, yang ditentukan Tuhan bagiku, bahwa budak manapun Dari Muslimin yang aku maki atau aku cela, adalah (makian atau celaan) menjadi pensucian hati dan pahala untuknya.

    Asbabul Wurud:
    Ahmad dan Muslim meriwayatkan Dari Anas bin Malik, katanya: "Ummu sukaim mempunyai seorang anak yatim yang dipeliharanya. Ketika Nabi melihat anak yatim yang dipeliharanya. Ketika Nabi melihat anak yatim itu, Beliau bersabda: "Engkau sudah besar ya? Allah tidak akan menambah lagi umurmu.” Mendengar ucapan itu, anak yatim perempuan itu mengadu kepada Ummu sukaim sambil menangis. Ummu sukaim bertanya kenapa ia menangis. Dia menjelaskan bahwa Rasulullah SAW mendoakan agar umurnya tidak bertambah lagi. dengan demikian ia akan tetap menjadi anak-anak terus. Mendengar keluhan anak yatim itu, Ummu sukaim bergegas menemui Rasulullah SAW. Nabi heran dan bertanya: ”Ada apa hai Ummu sukaim?” Ummu sukaim menjawab: "Wahai Nabi Allah, engkau doakan anak yatimku itu agar umurnya tidak bertambah (sehingga gelisah mendengar doa itu-pen).” Nabi tertawa, dan menjelaskan: ”Hai Ummu sukaim, tiadakah engkau ketahui bahwa Tuhanku telah menetapkan bagiku, bahwa aku ini hanyalah manusia biasa, adakala­nya senang, adakalanya marah. Maka siapapun yang aku doakan Dari umatku yang tidak sepatutnya Dia menerimanya, maka telah dijadikan Allah doaku itu sebagai pensucian jiwanya, kemenangan dan menjadikannya lebih dekat kepada Allah.”

    Periwayat:
    Imam Ahmad dan Muslim Dari Jabir bin Abdullah.


    Hadis itu berarti, meskipun seorang budak dicaci maki oleh Rasulullah SAW, tetaplah hal itu mendatangkan berkah dan pahala baginya.