Asbabun Nuzul Surat Al Baqarah Ayat 200 - Teguran Allah terhadap Kebiasaan Masyarakat Arab Setelah Berhaji

Ayat ini turun untuk menegur masyarakat Arab kala itu yang selalu berkumpul usai berhaji untuk sekadar membangga-banggakan leluhur mereka. Allah menegaskan bahwa yang mestinya mereka lakukan adalah memperbanyak zikir kepada Allah.

  1. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَقِفُوْنَ فِيْ الْمَوَاسِمِ فَيَقُوْلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ: كَانَ أَبِيْ يُطْعِمُ وَيَحْمِلُ الْحَمَالَاتِ وَيَحْمِلُ الدِّيَّاتِ، لَيْسَ لَهُمْ ذِكْرٌ غَيْرُ فِعَالِ آبائِهِمْ، فَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ) يَعْنِيْ: ذِكْرِ آبَئِكُمْ فِيْ الْجَاهِلِيَّةِ (أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا). (1) عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ قَوْمٌ مِنَ الْأَعْرَابِ يَجِيْئُوْنُ إِلَى الْمَوْقِفِ فَيَقُوْلُوْنَ: اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ عَامَ غَيْثٍ وَعَامَ خَصْبِ وَعَامَ وِلَادٍ حَسَنٍ، لَا يَذْكُرُوْنَ مِنَ أَمْرِ الْآخِرَةِ شيئًا، فَأَنْزَلَ الله فِيْهِمْ: (فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ). (2)

    Ibnu ‘Abba>s berkata, “Dahulu orang-orang Jahiliah selalu berkumpul pada musim-musim haji—untuk sekadar menyebut-nyebut jasa leluhur mereka. Salah satu dari mereka berkata dengan congkak, ‘Ayahku suka memberi makan (orang yang membutuhkan), menanggung beban (yakni denda dan semisalnya), dan membayar diyat (orang lain).’ Mereka tidak punya topik pembicaraan selain itu. Terkait hal itu Allah menurunkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad s}allalla>hu ‘alaihi wasallam: faz\kurulla>ha kaz\ikrikum a>ba>akum—berzikirlah kepada Allah seperti halnya kalian menyebut-nyebut nenek moyang kalian pada masa jahiliah; au asyadda z\ikra>, bahkan berzikirlah lebih dari itu.” Adapun sebab nuzul paruh kedua ayat di atas disebutkan dalam riwayat berikut. Ibnu ‘Abba>s berkata,“Ada sekelompok masyarakat Badui datang ke tempat wukuf. Mereka berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah tahun ini sebagai tahun yang banyak hujan, subur, dan baik untuk melahirkan keturunan.’ Tidak sedikit pun mereka memanjatkan doa yang berkaitan dengan masalah akhirat. Allah lalu menurunkan firman-Nya terkait doa mereka, faminan-na>si man yaqu>lu rabbana> a>tina fid-dunya wama> lahu> fil-a>khirati min khala>q.”


    Sumber artikel:
    Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an
    Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.)
    Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017


    (1) Sahih; diriwayatkan oleh Ibnu Abi> H{a>tim dari jalur Ah}mad bin Qa>sim bin ‘At}iyyah dari Ah}mad bin ‘Abdurrah}ma>n ad-Dasytakiy dari ayahnya dari Asy'as\ bin Ish}a>q dari Ja‘far bin Abil Mugi>rah dari Sa‘i>d bin Jubair dari Ibnu ‘Abba>s. Lihat: Ibnu Abi> H{a>tim, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 2, hlm. 355–356. Riwayat ini disampaikan oleh para perawi yang s\iqah, beberapa di antaranya bahkan merupakan perawi yang disebut dalam S{ah}i>h}} al-Bukha>riy dan S{ah}i>h}} Muslim, sehingga riwayat ini dinilai sahih. Lihat: Abu> ‘Umar Na>di>, al-Maqbu>l min Asba>b an-Nuzu>l, hlm. 113. (2) Sahih; diriwayatkan oleh Ibnu Abi> H{a>tim dari jalur yang sama dengan riwayat sebelumnya. Lihat: Ibnu Abi> H{a>tim, Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m, juz 2, hlm. 357; Abu> ‘Umar Na>di>, al-Maqbu>l min Asba>b an-Nuzu>l, hlm. 116.